RADARSEMARANG.COM, BERDASARKAN hasil pengamatan masih banyak ditemukan bahwa pembelajaran di kelas didominasi oleh guru dan kurang melibatkan siswa. Sehingga berakibat siswa menjadi pasif dan akan cepat jenuh serta daya serap mata pelajaran akhirnya rendah. Juga mempengaruhi siswa tidak ada keberanian untuk mengeluarkan pendapat maupun bertanya.
Salah satu jalan keluar yang dilakukan untuk menangani masalah di atas yaitu dengan mengaktifkan siswa melalui beberapa teknik pembelajaran. Menurut Permendiknas nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah yang menyatakan bahwa dalam kegiatan ini pembelajaran merupakan proses untuk mencapai kompetensi dasar yang harus dilakukan secara interaktif,inspiratif,menyenangkan,menantang,memotivasi peserta didik untuk berpartisifasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,minat, dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik. Kegiatan pembelajaran ini di lakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi,elaborasi,dan konfirmasi. Karena belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang mereka pelajari bukan hanya sekedar mengetahuinya oleh karena itu para pendidik telah berjuang dengan segala cara, dengan mencoba untuk membuat apa yang dipelajari siswa di sekolah agar dapatdi pergunakan dalam kehidupan mereka sehari-hari
Pembelajaran IPA materi saling ketergantungan dalam ekosistem di SMPN 13 Semarang kelas VII masih memiliki nilai rendah maka memerlukan teknik pembelajran yang mudah didapatkan tetapi dapat meningkatkan pemahaman dan motivasi siswa. Untuk mengatasi permasalahan tersebut guru harus mencari sebuah solusi yaitu dengan menggunakan Teknik pembelajaran yang sesuai. Salah satu cara untuk menumbuhkan keberanian siswa untuk berpendapat melalui teknik pembelajaran “Talking Chip”.
Teknik pembelajaran Talking Chip yaitu pembelajaran yang dilakukan dalam satu kelompok kecil, masing-masing anggota kelompok membawa sejumlah benda atau tanda yang berfungsi untuk menandai apabila mereka berpendapat dengan memasukkan satu tanda tadi ke dalam satu tempat. Hal ini dilakukan sebagai bukti bahwa mereka aktif berpendapat sebanyak tujuan dalam pembelajaran. Kelompok menugaskan seorang perwakilan untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok kepada kelompok lain dan ditanggapi oleh kelompok lain sampai dengan menyimpulkan. Sedangkan guru berfungsi sebagai fasilitator atau memfasilitasi kegiatan siswa, menambah dan membetulkan materi-materi yang dibahas siswa bila diperlukan serta mengevaluasi keaktifan siswa tersebut melalui pemberian bonus chip.
Melalui teknik pembelajaran tersebut diharapkan siswa lebih aktif mengemukakan pendapat sesuai dengan materi atau topik yang dibahas. Pembelajaran akan lebih terasa menyenangkan, tidak mudah jenuh dan akhirnya diharapkan memperoleh hasil yang optimal, sehingga motivasi belajar juga meningkat. Sedangkan guru dalam pembelajaran tersebut memungkinl:an untuk menstimulus siswa dalam berpendapat dan aktif sehingga materi pembelajaran akan cepat mudah diserap oleh siswa, dan siswa terangsang untuk mulai berani berpendapat (siswa menjadi aktif).
Pada akhirnya penulis mengajak untuk melakukan proses pembelajaran menggunakan Teknik pembelajaran yang bervariasi. Semoga Teknik pembelajaran ini dapat bermanfaat bagi siswa untuk mengetahui, memahami, dan mempraktikkan tentang saling ketergantungan dalam ekosistem dalam kehidupan sehari-hari. Penulis sadar bahwa kinerja penulis sebagai seorang pendidik masih banyak kelemahan dan kekurangan. Oleh karena itu penulis berusaha untuk meningkatkan kompetensi agar dapat menjalankan tugas sebagi guru dengan baik. Saran kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi kemajuan dalam proses pembelajaran. Seperti yang diterapkan di SMPN 13 Semarang. (lps1/zal)
Guru SMPN 13 Semarang