RADARSEMARANG.COM,Pelajaran matematika secara umum terasa sulit dipahami siswa termasuk materi yang berkaitan dengan bilangan berpangkat. Adapun faktor penyebabnya antara lain proses pembelajaran masih konvensional, siswa kurang menyukai pelajaran matematika, dan rendahnya budaya belajar siswa.
Pembelajaran matematika di SMP pada materi bilangan berpangkat masih didominasi dengan menggunakan mentode ceramah sehingga peran aktif siswa kurang maksimal. Akibatnya pembelajaran kurang berhasil. Kegiatan pembelajaran akan berhasil dengan baik apabila terjadi komunikasi antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa.
Peran siswa akan maksimal apabila kegiatan pembelajaran lebih berpusat pada siswa, guru berperan sebagai pembimbing dan fasilitator. Untuk itu perlu dipilih metode yang dapat memaksimalkan peran aktif siswa dan salah satunya adalah dengan metode cooperative learning tipe CIRC. Metode kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mendorong siswa aktif menemukan sendiri pengetahuannya melalui keterampilan proses.
Peaget mengemukakan tiga prinsip utama pembelajaran, yaitu belajar aktif, belajar lewat interksi sosial, dan belajar lewat pengalaman sendiri. Dari tiga prinsip utama yang telah dikemukakan oleh Peaget, maka model pembelajaran kooperatif sangat cocok diterapkan dalam proses pembelajaran. Melalui pembelajaran kooperatif siswa dapat belajar sekaligus berinteraksi dengan temannya.
Dengan pembelajaran kelompok, diharapkan para siswa dapat meningkatkan pikiran kritisnya, kreatif, dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi. Salah satu ciri pembelajaran kooperatif adalah kemampuan siswa untuk bekerja sama dalam kelompok kecil yang heterogen. Masing-masing anggota dalam kelompok memiliki tugas yang setara. Karena pada pembelajaran kooperatif keberhasilan kelompok sangat diperhatikan, maka siswa yang pandai ikut bertanggung jawab untuk membantu temannya yang lemah.
Slavin, seorang ahli pendidikan mengatakan, “in addition to solving the problems of management and motivation in individualized programmed instructions, CIRC was created to take advantage of the considerable socialization potential of cooperative learning.”
Metode cooperative learning tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition), termasuk salah satu tipe model pembelajaran cooperative learning. Dalam model CIRC siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen, yang terdiri dari 4 – 5 siswa.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh guru dalam adalah sebagai berikut: guru menerangkan materi bilangan berpangkat; Guru melatih siswa untuk meningkatkan keterampilannya melalui penerapan cooperative learning tipe CIRC; Guru membentuk kelompok-kelompok belajar yang heterogen (terdiri dari 4 – 5 siswa); Guru mempersiapkan 1 – 2 soal dan membagikannya kepada setiap siswa dalam kelompok yang sudah terbentuk. Di dalam satu atau beberapa anggota kelompok saling membaca soal, membuat prediksi atau penafsiran atas isi soal. Termasuk menuliskan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, dan memisalkan apa yang ditanyakan dengan suatu variabel tertentu. Saling membuat ikhtisar atau rencana penyelesaian soal, menuliskan penyelesaian soal secara urut. Saling merevisi, menyerahkan hasil tugas kelompok kepada guru;
Ketua kelompok melaporkan keberhasilan atau hambatan yang dialami kelompoknya. Jika diperlukan guru dapat memberikan bantuan kepada kelompok secara proporsional; Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah memahami dan dapat mengerjakan soal;
Guru meminta kepada perwakilan kelompok tertentu untuk menyajikan temuannya di depan kelas; Menjelang akhir waktu pembelajaran, guru dapat mengulang secara klasikal tentang strategi pemecahan soal; Di bagian akhir guru memberikan tes formatif.
Metode pembelajaran kooperatif tipe CIRC harus dilakukan berulang-ulang untuk materi yang lain. Metode pembelajaran kooperatif tipe CIRC diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi bilangan berpangkat di SMP Negeri 2 Comal. (ag3/lis)
Guru Matematika SMPN 2 Comal, Kabupaten Pemalang
