RADARSEMARANG.COM, BELAJAR akan terkendala, bila kurang memiliki konsep, literasi, bahan, semangat maupun keinginan yang kuat untuk meningkatkan kompetensi pada diri kita. Konsep merupakan unsur dari kognisi yang dapat membantu meringkas informasi (Hahn dan Ramscar, 2001). Peserta didik menjalani proses belajar dengan tidak berbekal konsep yang kuat, akan sulit menyerap materi bahasa pemrograman. Karena itu, guru di SMP Negeri 1 Salatiga harus memiliki strategi jitu dalam mengatasi hal ini.
Membaca maupun mendengar sekilas tentang bahasa pemrograman bagi peserta didik yang awam, pada awalnya membawa mereka memikirkan ke dalam hal yang rumit dan sulit. Hal tersebut memang pernah terjadi dan penulis alami ketika pertama kali mempelajari bahasa pemrogaman di era tahun 2000-an. Berbekal sumber belajar ketika itu hanya buku dan modul, sedangkan internet masih mahal, langka dan belum populer seperti sekarang. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri dalam belajar.
Dengan berkembangnya teknologi dan kebutuhan dalam belajar saat ini sudah dikembangkan bahasa pemrograman visual. Untuk mempelajarinya akan lebih mudah dengan disajikan tools atau peralatan yang sudah tampak secara visual di aplikasi pemrograman. Beda dengan sebelum bahasa pemrograman visual diciptakan, guru harus secara detail menuliskan script, yaitu kode atau bahasa yang diketikkan sebagai bahasa yang digunakan untuk menerjemahkan setiap perintah dalam aplikasi pemrograman untuk mendapatkan hasil berupa tampilan visual. Sehingga bisa dibayangkan betapa rumit dan sulitnya dalam belajar bahasa pemrograman saat itu.
Untuk menarik semangat dan sebagai solusi belajar peserta didik saat ini di SMP Negeri 1 Salatiga. Pihaknya memberikan materi bahasa pemrograman visual berbasis blok. Pemrograman ini merupakan rangkaian proses untuk menerjemahkan berpikir menjadi langkah-langkah yang dapat dijalankan oleh komputer yang dilakukan dengan cara melakukan drag and drop saja tanpa harus menuliskan kode-kode program sebagaimana pada pemrogaman konvensional. Berawal dari mengenalkan konsep pemrograman visual, menyiapkan perangkat sampai dengan menggunakan aplikasi pemrograman berbasis blok untuk mengamati, memodifikasi kemudian meniru terlebih dahulu. Pengenalan pemrograman di usia muda akan mengajak mereka untuk mulai berpikir kritis, mengenal dan menerapkan konsep berpikir komputasional dimana merupakan konsep berpikir yang digunakan untuk menganalisis permasalahan dan menemukan solusi yang inovatif. Sehingga akan terbentuk pola berpikir yang maju dan tidak monoton dan bisa menghasilkan berbagai hal yang variatif serta mendukung dalam proses belajar pada materi di mata pelajaran yang lain.
Pemrograman visual berbasis blok yang penulis sampaikan adalah scratch, yang dikembangkan oleh MIT (Massachusetts Institute of Technology) bersama google, dapat dijalankan gratis secara offline dan online baik diperangkat komputer, laptop, tablet maupun smartphone. Peserta didik tidak perlu membutuhkan waktu yang panjang untuk belajar dengan menyajikan pemrograman yang sederhana dengan tetap memberikan kemungkinan untuk membuat berbagai karya dalam bentuk video, cerita, game, animasi dan berbagai sajian lainnya yang interaktif serta inovatif. Sehingga peserta didik mudah dalam belajar dan dapat menuangkan ide kreatif mereka dengan leluasa tanpa harus memiliki keahlian pemrograman.
Dengan mengenalkan pemrograman visual berbasis blok akan memudahkan, mengembangkan dan membiasakan perserta didik untuk berpikir secara komputasional serta menghasilkan generasi yang maju dengan karyanya tanpa menghadirkan hal yang sulit dan rumit sehingga peserta didik akan semakin semangat dalam belajar dan guru menjadi semakin termotivasi untuk meningkatkan lagi kompetensinya. (ss2/ida)
Guru Informatika SMPN 1 Salatiga.