RADARSEMARANG.COM, Adanya pandemi Covid-19 melanda seluruh negeri di belahan dunia termasuk Indonesia telah mengganggu aktifitas manusia di berbagai sektor kehidupan. Salah satu cara untuk memutus rantai penyebaran Covid-19 adalah dengan melakukan pembatasan interaksi masyarakat/physical distancing.
Namun, kebijakan physical distancing tersebut dapat menghambat laju pertumbuhan dalam berbagai bidang kehidupan, baik bidang ekonomi, sosial, maupun pendidikan.
Di bidang pendidikan, kegiatan belajar dan mengajar di SMAN 1 Jetis Kabupaten Bantul dilakukan secara daring. Pembelajaran pada materi teks negosiasi mata pelajaran bahasa Indonesia kurang maksimal. Untuk mengatasi permasalahan harus dipersiapkan agar kendala-kendala tersebut dapat diminimalisasi.
Proses pembelajaran sistem tatap muka yang sudah dilakukan sebelum pandemi Covid-19 hampir terpusat pada sekolah, peran orang tua dan masyarakat sangat kecil. Akan tetapi pada saat wabah pandemi Covid-19, mewajibkan peran serta ke tiga lingkungan tersebut untuk bersama-sama terlibat secara langsung. Sehingga memiliki kesan sangat dinamis untuk mensukseskan pembelajaran online di masa pandemi Covid-19 ini. Di masa pembelajaran jarak-jauh seperti sekarang ini pembelajaran pada materi teks negosiasi siswa kelas X SMA N 1 Jetis juga melibatkan orang tua dan masyarakat. Walaupun di rumah, bukan berarti siswa tersebut libur, siswa tetap belajar dari rumah dengan berbagai strategi pembelajaran.
Agar materi pelajaran teks negosiasi siswa bisa sampai pada siswa, orang tua dan masyarakat sangat dibutuhkan dalam pembelajaran. Keikutsertaan orang tua dan masyarakat dalam pembelajaran bahasa Indonesia materi teks negosiasi lebih dibutuhkan secara real dan aplikatif di luar sekolah. Peran orangtua dan masyarakat dalam pembelajaran jarak jauh di masa pandemi, yang dapat dilakukan, yaitu: pertama, perang orangtua dalam menyiapkan fasilitas. Di masa PJJ fasilitas yang disediakan berupa kenyamanan belajar, akses internet yang cukup.
Kedua, meminimalisisasi beban bersalah karena hasil belajar dari rumah. Ketiga, mengaktifkan kerjasama guru dan orang tua. Keempat, kerja sama masyarakat dalam mematuhi protokol kesehatan.
Situasi ini mengingatkan kita pada Ki Hajar Dewantara yang terkenal dengan tripusat pendidikan. Tripusat pendidikan adalah konsep pendidikan yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara pendiri Taman Siswa yang diakui sebagai Bapak Pendidikan Nasional. Tripusat pendidikan yang dimaksudkan adalah lingkungan pendidikan ini meliputi pendidikan di lingkungan keluarga, pendidikan di lingkungan perguruan/sekolah, dan pendidikan di lingkungan masyarakat/pemuda (Fudyartanta, 1990:39).
Ada beberapa hal yang menarik dalam keterangan Ki Hajar Dewantara tentang Tripusat Pendidikan, di antaranya: pertama, keinsyafan Ki Hajar Dewantara bahwa tujuan pendidikan tidak mungkin tercapai hanya melalui satu jalur. Kedua, ketiga pusat pendidikan tersebut harus berhubungan akrab serta harmonis.
Ketiga, alam keluarga tetap merupakan pusat pendidikan yang terpenting dan memberikan pendidikan budi pekerti, agama, dan laku sosial. Keempat, perguruan sebagai balai wiyata yang memberikan ilmu pengetahuan dan pendidikan keterampilan.
Kelima, alam pemuda (yang sekarang diperluas menjadi lingkungan/alam kemasyarakatan) sebagai tempat sang anak berlatih membentuk watak atau karakter dan kepribadiannya.
Pembelajaran sistem tripusat pendidikan di saat pandemi Covid -19 sangat banyak membantu kelancaran dan kesuksesana proses pembelajaran jarak jauh. Siswa dapat bertanggung jawab terhadap kegiatan belajarnya walaupun tidak berada di sekolah. Dapat belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya dengan keterlibatan orang tua dan masyarakat. (pg2/lis)
Guru Bahasa Indonesia SMAN 1 Jetis, Kabupaten Bantul.