28 C
Semarang
Monday, 16 June 2025

Tingkatkan Keterampilan Berbicara Peserta Didik melalui Jigsaw

Oleh: R. Andi Nurcahyo Hadisaputro, S.Pd.

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, PESERTA didik dalam aktivitas sehari-hari selalu melakukan dan dihadapkan pada kegiatan berbicara, namun pembelajaran di sekolah-sekolah belum bisa maksimal dalam meningkatkan keterampilan berbicara peserta didik, sehingga keterampilan peserta didik dalam berbicarapun masih rendah, hal ini banyak terjadi dalam proses belajar termasuk dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

Rendahnya keterampilan berbicara juga dialami peserta didik kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 3 Salatiga. Tampak dari tugas Bahasa Indonesia mengenai keterampilan berbicara peserta didik pada semester pertama. Tugas berupa diskusi yang dipraktikan oleh peserta didik dengan topik penokohan pada novel. Dari hasil penilaian, nilai peserta didik yang ada menunjukkan bahwa dari 33 peserta didik pada tes tersebut hanya 40% yang mendapat nilai 68 ke atas (KKM), sedangkan sisanya (60%) peserta didik mendapat nilai di bawah 68.

Penyebab rendahnya kemampuan berbicara peserta didik, kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 3 Salatiga yakni sebagai berikut: Sikap dan minat peserta didik dalam mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya materi berbicara rendah, peserta didik merasa takut dan malu saat diberi tugas untuk tampil berbicara di depan teman-temannya, peserta didik kurang terampil sebagai akibat dari kurangnya praktik berbicara.

Berbicara adalah proses penyampaian gagasan atau ide. Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. (Tarigan, 2016:16) Jigsaw merupakan salah satu model pendekatan dari pembelajaran kooperatif. Jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif yang memerlukan usaha kooperatif setiap orang untuk menghasilkan produk akhir. (Slavin, 2009: 236)

Adapun upaya peningkatan keterampilan berbicara peserta didik XI MIPA 1 SMA Negeri 3 Salatiga melalui pembelajaran kooporatif tipe Jigsaw sebagai berikut. Pertama, pemilihan topik. Guru bisa menuliskan topik yang akan dipelajari pada papan tulis, power point dan sebagainya. Guru menanyakan kepada peserta didik apa yang mereka ketahui mengenai topik tersebut. Kedua, membagi menjadi beberapa kelompok. Topik yang disajikan adalah latar pada novel, karena topik ini terdiri atas latar waktu, tempat, dan suasana, maka kelompok dibagi menjadi 3. Dalam satu kelas ada 33 orang, maka setiap kelompok beranggotakan 11 orang. Ketiga kelompok itu adalah kelompok waktu, kelompok tempat, dan kelompok suasana. Kelompok-kelompok ini disebut home teams (kelompok asal). Ketiga, guru membagikan materi tekstual kepada tiap-tiap kelompok.

Setiap orang dalam setiap kelompok bertanggung jawab mempelajari materi tekstual yang diterima. Sesi berikutnya, membentuk expert teams (kelompok ahli). Jumlah kelompok ahli tetap. Setiap kelompok ahli mempunyai 10 anggota yang berasal dari masing-masing kelompok asal. Keempat, diskusi kelompok untuk mendapatkan pemahaman umum Setelah terbentuk kelompok ahli, berikan kesempatan kepada mereka untuk berdiskusi. Melalui diskusi di kelompok ahli diharapkan mereka memahami topik latar pada novel sebagai pengetahuan yang utuh. Kelima, membentuk kelompok ahli ( individu-individu yang membidangi masalah yang telah ditentukan), kemudian menyampaikan pandangan di dalam kelompok tersebut. Proses tersebut berulang atau bergantian antar anggota kelompok ahli. Keenam, kembali ke grup asal.

Setelah mereka kembali ke kelompok asal, berikan kesempatan kepada mereka berdiskusi. Kegiatan ini merupakan refleksi terhadap pengetahuan yang telah mereka dapatkan dari hasil berdiskusi di kelompok ahli. Sebelum pembelajaran diakhiri, diskusi dengan seluruh kelas perlu dilakukan. Ketujuh, peserta didik membuat ringkasan dari materi yang telah diterima selama proses diskusi. Selanjutnya guru menutup pembelajaran dengan memberikan review terhadap topik yang telah dipelajari.

Berdasarkan uraian di atas keterampilan berbicara peserta didik XI MIPA 1 SMA Negeri 3 Salatiga melalui pembelajaran kooporatif tipe Jigsaw mengalami peningkatan. Hal ini terbukti: pertama, peserta didik lebih berminat dengan pembelajaran sehingga aktif berdiskusi. Kedua, peserta didik lebih percaya diri sehingga lebih berani untuk tampil berbicara. Ketiga, aktivitas kegiatan belajar mengajar lebih mengasikkan sehingga tidak menjemukan. Dari hasil penilaian, nilai peserta didik yang ada menunjukkan bahwa dari 33 peserta didik pada tes tersebut sebagian besar peserta didik atau sekitar 70% yang mendapat nilai 68 ke atas sedangkan sisanya (30%) peserta didik mendapat nilai di bawah 68. (dd1/zal)

Guru SMAN 3 Salatiga


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya