RADARSEMARANG.COM, Sejak pandemi melanda Indonesia, sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) diterapkan untuk mengurangi potensi penularan Covid-19. Cara belajar berubah total, memaksa setiap peserta didik dan guru mencari solusi agar tujuan belajar dan pembelajaran tercapai.
Tugas seorang guru adalah mengajar, membimbing, mengarahkan, menilai, menganalisis dan lain sebagainya. Dalam konteks era distruptif ditambah dengan masa pandemi, seorang guru harus beradaptasi dengan perubahan zaman agar dapat menjalankan tugas-tugasnya dengan baik. Salah satu solusi bagi para guru adalah dengan menerapkan teknologi multimedia pembelajaran yang dapat berupa game, animasi, dan lain sebagainya. Multimedia pembelajaran memiliki berbagai keunggulan di masa sekarang ini. Dengan multimedia, para peserta didik menjadi lebih tertarik, cepat belajar, dan lebih mudah mengerti materi pelajaran yang diberikan. Multimedia pembelajaran tidak didominasi oleh teks seperti dalam buku pelajaran. Namun diisi oleh uraian yang menggunakan bahasa yang tepat, padat, komunikatif dan sesuai dengan tingkat pengetahuan dan usia pengguna.
Setiap guru harus memiliki strategi yang baik disetiap kondisi, tidak peduli di kelas ataupun secara daring. Tantangan membuat multimedia pembelajaran harus ditaklukan. Setiap guru harus kreatif dan memiliki intuisi dalam membuat materi pembelajaran menarik di multimedia pembelajaran. Hal ini wajib dikerjakan agar setiap peserta didik memiliki minat kepada pelajaran yang diberikan.
Sebagai contoh, SMP Negeri 39 Semarang telah menerapkan sarana multimedia di setiap kelas. Hal ini memungkinkan setiap guru dapat berkreasi dalam mengajar dengan metode multimedia kreatif. Guru dapat mencari animasi atau kartun yang mewakili mata pelajaran yang diajarkan. Atau jika guru memiliki ketrampilan di bidang informatika, maka seorang guru dapat membuat sendiri animasi dan mengisinya dengan suara agar lebih nyata. Selain itu, guru juga dapat membuat video dari power point dengan gambar serta diisi suara yang menarik. Dengan membawakan metode-metode tersebut, diharapkan tujuan pembelajaran tetap tercapai mengalahkan tantangan-tantangan zaman.
Contoh konkrit penggunaan multimedia adalah pada mata pelajaran Seni Budaya di SMP Negeri 39 Semarang. Pada pembelajaran Seni Budaya – Bermain Musik Tunggal, guru di SMP Negeri 39 Semarang menggunakan aplikasi alat penala gitar untuk menyamakan nada yang dipakai belajar. Alat musik harus distem dengan benar berimplikasi pada benar/salahnya nada yang dihasilkan oleh alat musik. Penggunaan aplikasi ini dilakukan akibat kegiatan tatap muka guru- siswa tidak mungkin dilakukan, dan supaya guru tetap bisa mengajari menyetem/menyamakan suara alat musik yang dipakai peserta didik bermain musik tunggal. Memanfaatkan aplikasi tersebut, para peserta didik tetap dapat menyetem alat musik yang dimainkan secara mandiri di rumah.
Bagi guru, hal ini adalah berita baik. Keterbatasan yang disebabkan oleh pandemi dapat teratasi, selain itu guru/peserta didik mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman. Tujuan pembelajaran yang dibuat oleh guru juga tercapai. Peserta didik menjadi lebih tertarik untuk belajar Seni Budaya, dan tidak mengganggap pelajaran Seni Budaya adalah pelajaran yang sepele. Hal ini ditunjukkan oleh peserta didik yang selalu bertanya pada gurunya mengenai materi selanjutnya. Peserta didik juga lebih mudah mengingat materi pelajaran yang dihadirkan menggunakan metode pembelajaran menyenangkan seperti aplikasi penala gitar. Pelajaran tidak hanya didengar dari telinga kanan dan keluar dielinga kiri, alias numpang lewat tanpa diserap masuk memori peserta didk. Dengan menggunakan aplikasi ini, guru Seni Budaya SMP Negeri 39 Semarang berharap tetap dapat menghasilkan generasi muda yang memiliki profil sesuai dengan rencana pembelajaran di tengah tantangan perubahan zaman dan pandemi. (agu2/ton)
Guru Seni Budaya SMP Negeri 39 Semarang.