29.3 C
Semarang
Monday, 23 June 2025

Belajar Pancasila dengan Metode Make a Match

Oleh: Arofah,S.Pd

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, INDONESIA terdiri dari ribuan pulau,berbagai macam suku, dan beraneka ragam budaya. Karena itu Indonesia mempunyai semboyan Bhineka Tunggal Ika yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Indonesia mempunyai lambang negara yaitu burung Garuda,dan yang di cengkeram erat oleh Burung Garuda yaitu Pancasila. Maka begitu pentingnya Pancasila bagi Negara Indonesia, karena jika tidak berpedoman pada Pancasila Indonesia akan bubar.

Pancasila dirumuskan sebagai dasar negara Indonesia,nilai-nilai yang ada pada Pancasila menjadi pedoman sikap dalam berbangsa dan bernegara. Pancasila digali dari nilai-nilai pandangan dan budaya hidup masyarakat Indonesia. Berkait dengan hal tersebut, pendidikan Pancasila sangat penting diterapkan di sekolah mulai dari sekolah dasar, karena di era milenial ini banyak fenomena-fenomena pengikisan nilai Pancasila pada generasi penerus bangsa. Jika anak-anak menerapkan nilai-nilai Pancasila sejak dini baik di sekolah maupun di rumah, diharapkan mereka akan tumbuh menjadi generasi penerus bangsa yang bermoral pancasasila.

Penerapan pendidikan Pancasila di sekolah dengan berbagai kegiatan seperti upacara,berdoa sebelum memulai pelajaran,dll. Dan untuk pembelajaran tentang nilai-nilai Pancasila terdapat pada mata pelajaran PPKN, Pendidikan PPKN di SD juga merupakan salah satu sarana yang tepat untuk mengimplementasikan nilai-nilai dalam pendidikan karakter kepada peserta didik bila diterapkan di usia dini,karena tujuan pendidikan PPKN itu sendiri adalah untuk menciptakan peserta didik menjadi warga negara yang demokratis dan berkarakter sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam PANCASILA. Pendidikan Pancasila muali di kenalkan pada kelas 2 Sekolah dasar mata pelajaran PPKN tentang hubungan gambar (symbol Pancasila ) dengan sila Pancasila.

Model Pembelajaran menurut Joyce & Weil dalam Huda, (2013 : 73), berpendapat bahwa “Model pembelajaran sebagai rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, mendesaian materi-materi instruksional, dan memandu proses pengajaran di ruang kelas atau di setting yang berbeda.” Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.Untuk siswa kelas rendah dibutuhkan medel pembelajaran yang mudah dipahami anak dan membuat anak antusias dalam mengikuti pembelajaran,agar materi yang disampaikan mudah diterima oleh anak. Pada penyampaian materi PPKN tentang hubungan gambar (symbol Pancasila) dengan sila Pancasila kelas 2 di SD Negeri 01 Rowosari, Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang, menggunakan metode pembelajaran Make a Match. Model pembelajaran make a match (mencari pasangan) dikembangkan oleh Lorn Curran pada tahun 1994 pada model ini siswa diminta mencari pasangan dari kartu, Aqib Zainal (2013 : 23 )
Menurut Tarmizi dalam Novia (2015 : 12 ) menyatakan bahwa model pembelajaran make a match artinya siswa mencari pasangan setiap siswa mendapat sebuah kartu ( bisa soal atau jawaban) lalu secepatnya mencari pasangan yang sesuai dengan kartu yang ia pegang.

Adapun tahap pembelajaran ini yaitu: Tahap Persiapan, guru menyiapkan 2 jenis kartu, kartu yang pertama sebagai kartu soal yang berisi gambar symbol Pancasila dan kartu yang kedua sebagai kartu jawaban yang berisi sila Pancasila. Kemudian siswa dibagi menjadi 3 kelompok dan duduk secara melingkar. Proses penyampaian, masing-masing kelompok diberikan 2 jenis kartu (soal dan jawaban), kemudian guru memberi instruksi kepada seluruh siswa agar setiap kelompok menyusun pasangan dari kedua jenis kartu tersebut,Setiap anggota kelompok berdiskusi dan saling bekerjasama. Hasil pembelajaran, kelompok yang telah selesai menyusun kartu sesuai dengan pasangannya mengangkat tangan dan menunjukkan hasilnya kepada guru, kemudian guru menilai hasil dari pekerjaan siswa.

Berdasarkan Santoso dalam Novia (2015: 24), kelebihan model make a match adalah sebagai berikut: Mampu menciptakan suasana aktif dan menyenangkan. Materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa. Mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan belajar. Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran. Kerja sama antar siswa terwujud dengan dinamis. Munculnya dinamika gotong royong yang merata diseluruh siswa. (ipa1/zal)

Guru SDN 01 Rowosari, Pemalang


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya