RADARSEMARANG.COM-Pada kehidupan sehari- hari kita sering sekali menemui masalah yang berkaitan dengan matematika. Pendampingan yang saat ini diperlukan oleh anak-anak di masa pandemi memerlukan keterlibatan orang tua, di mana saat ini anak-anak lebih banyak melakukan pembelajaran sekolah di rumah. Pengawasan yang dilakukan dalam pembelajaran di rumah juga diperlukan kerja sama antara guru dan orang tua. Sehingga memberikan hasil akhir yang sesuai dengan kemampuan anak-anak sendiri.
Keprihatinan yang ditemui guru di masa pandemi saat ini, yaitu kemampuan anak- anak dalam mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari- hari, khususnya anak- anak Sekolah Dasar (SD) yang tidak menguasai konsep matematika. Hal tersebut merupakan PR besar bagi guru SD untuk memberikan penanaman konsep matematika yang tepat supaya dapat menguasai ilmu dasar berhitung yang diajarkan sejak dini, yang nantinya digunakan sebagai landasan untuk jenjang lebih tinggi. Hal itu juga dialami penulis di SD Negeri Mlatiharjo 01, Semarang Timur.
Oleh karena itu, dalam upaya mendukung peningkatan mutu pendidikan, pembelajaran matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dasar harus diupayakan agar matematika betul-betul dikuasai dengan baik. Sesuai dengan teori Piaget pada usia sekolah dasar yaitu 7 – 11 tahun, anak masa sekolah masih dalam tingkat operasi konkret, yang mana anak telah mengetahui simbol-simbol matematis, tetapi belum dapat menghadapi hal-hal yang abstrak. Sehubungan dengan hal tersebut, salah satu keterampilan matematika yang harus dikuasai oleh siswa SD adalah kemampuan dalam melakukan operasi hitung khususnya perkalian.
Menurut Marsudi Raharjo (2009:6) perkalian adalah penjumlahan berulang dari bilangan- bilangan yang sama pada setiap sukunya. Oleh sebab itu, penguasaan operasi hitung matematika perlu dikuasai sejak dini dalam memahami konsep-konsep matematika. Konsep- konsep matematika tidak dapat terlepas dari rangkaian hubungan sebab akibat, di mana pemahaman yang salah terhadap suatu konsep, akan berakibat pada kesalahan pemahaman terhadap konsep-konsep selanjutnya. Faktanya, A x B = B x A hanya merupakan kesamaan pada tataran hasil komputasi, dan kondisi ini menunjukkan berlakunya sifat pertukaran (komutatif) dalam perkalian bilangan bulat.
Konsep dasar perkalian adalah penjumlahan yang berulang, bahwa A x B = B+B+B+B (sebanyak Ax). Konsep yang sederhana ini wajib untuk dikuasai bagi siswa SD, khususnya bagi siswa di kelas rendah, bahwa penguasaan terhadap konsep dasar sebelumnya yaitu penjumlahan berulang wajib untuk ditanamkan terlebih dahulu. Kaitannya dengan pengaplikasian dalam kehidupan sehari- hari dapat dikolaborasikan pada mata pelajaran lain dengan menggunakan model pembelajaran tematik kurikulum 2013 yang digunakan oleh siswa SD pada umumnya.
Namun untuk konsep perkalian tersebut juga diperlukan kecepatan anak- anak dalam berhitung. Sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa anak- anak memang harus menghafalkan konsep perkalian tersebut di luar kepala. Adapun teknik- teknik khusus yang juga perlu untuk ditanamkan pada anak- anak dalam berhitung perkalian ini. Sebagai contoh perkalian di atas enam dengan menggunakan penjarian.
Dengan memberikan berbagai cara penanaman konsep perkalian tersebut, kemudian bebaskan anak- anak untuk memilih mana yang memudahkan mereka dalam berhitung. Selanjutkan biasakan anak- anak untuk diberikan latihan setiap harinya dalam melakukan perhitungan perkalian dengan memberikan variasi konsep soal perhitungan dengan susunan angka- angka yang berbeda.
Membelajarkan kepada anak- anak dalam materi matematika terkadang diperlukan teknik guru menyimpang dari teknik sebenarnya, namun tidak terlepas dalam menanamkan konsep- konsep matematikanya. Setiap guru memiliki teknik sendiri- sendiri dalam suatu prosesnya, maka jangan pernah takut kita memberikan suatu cara yang berbeda. Pemahaman terhadap konsep penjumlahan, pengurangan, perkalian, maupun pembagian akan memberikan pengetahuan pada anak tentang landasan dan keterkaitan antaroperasi yang pada akhirnya dapat digunakan dalam memecahkan masalah keseharian mereka. Hal tersebut merupakan kepuasan yang tidak dapat dihitung nilainya. (*/aro)
Guru SD Negeri Mlatiharjo 01, Semarang Timur