RADARSEMARANG.COM, MATEMATIKA sebagai salah satu mata pelajaran sangat memegang peranan penting karena dapat meningkatkan pengetahuan siswa dalam berpikir secara logis, rasional, kritis, cermat, dan efektif. Oleh karena itu, pengetahuan matematika harus dikuasai sedini mungkin oleh para siswa. Namun guru kebanyakan masih menggunakan pembelajaran konvensional seperti ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas. Orientasi pendidikan kita mempunyai ciri cenderung memperlakukan siswa sebagai obyek. Pendekatan pembelajaran ini mengakibatkan rendahnya kemampuam penalaran siswa. Guru berfungsi sebagai pemegang otoritas tertinggi, keilmuan, dan penyampaian materi bersifat subject-oriented.
Hasil belajar matematika dari 32 siswa, hanya ada 17 (53%) siswa yang memperoleh nilai lebih dari KKM. Kenyataan ini belum dapat dikatakan tuntas secara klasikal. Oleh karena itu penulis harus melakukan pembelajaran bermakna, yang memotivasi siswa untuk menyenangi kegiatan latihan menjawab soal dibimbing temannnya secara rutin. Maka penulis memberdayakan siswa yang berpotensi menjadi nara sumber bagi temannya pada saat pembelajaran atau ketika sedang istirahat. Temannya yang sudah menguasai konsep menularkan ke teman yang lain ibarat permainan bola saling melempar ke temannya dengan strategi Persebaya. Persebaya merupakan sebuah akronim yaitu pendekatan tutor sebaya. Harapan satu team dapat menguasai suatu konsep secara bersamaan. Hal itu sesuai dengan pendapat Hamalik (2004 : 189) menyatakan : Pada dasarnya tutorial sebaya secara berkelompok berdasarkan pada hubungan teman sebaya yang membimbing sekelompok siswa sejawatnya yang terdiri dari empat sampai lima orang siswa sekaligus pada waktu yang sama.
Pendekatan tutorial kelompok lebih menitikberatkan pada kegiatan bimbingan individu dalam kelompok. Peranan guru dalam pendekatan tutor sebaya dapat menjadi interaksi yang bernilai edukatif yaitu interaksi yang dengan meletakkan tujuan untuk mengubah tingkah laku dan perbuatan seseorang, yang akhirnya memunculkan istilah guru di satu pihak dan peserta didik di lain pihak. Keduanya berada dalam interaksi edukatif dengan posisi, tugas dan tanggung jawab yang berbeda, namun dalam mencapai tujuan sama. Guru mempunyai tanggung jawab untuk mengantarkan peserta didik ke arah kedewasaan dengan memberikan ilmu pengetahuan serta membimbingnya. Sedangkan peserta didik berusaha untuk mencapai tujuan itu dengan bantuan dan pembinaan dari guru. Interaksi edukatif haruslah menggambarkan hubungan aktif dua arah dengan sejumlah pengetahuan sehingga interaksi itu merupakan hubungan yang bermakna dan kreatif. Semua unsur interaksi ini harus berproses dalam ikatan tujuan pendidikan.
Dari hasil pengamatan penulis dengan menggunakan pendekatan tutor sebaya ternyata mampu membangun interaksi edukatif. Hal ini diindikasikan dengan keberhasilan guru untuk membantu peserta didik dalam suatu perkembangan tertentu dengan menempatkan peserta didik sebagai pusat perhatian, sedangkan unsur lainnya sebagai pengantar dan pendukung. Dengan demikian jelaslah bahwa dengan menggunakan pendekatan tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik ke arah yang lebih baik.
Terbukti terjadi peningkatan hasil belajar materi volume bangun ruang dalam pembelajaran Matematika dengan menggunakan pendekatan tutor sebaya bagi siswa kelas V semester 2 SD Negeri 1 Pegulon Kecamatan Kendal Kabupaten Kendal. Hal tersebut diindikasikan dari peningkatan rata-rata hasil belajar siswa siklus I sebesar 6,97 dengan ketuntasan belajar individual mencapai 71% meningkat menjadi 8,1 dengan ketuntasan belajar individual 85% pada siklus II. (agu1/zal)
Guru SDN 1 Pegulon Kendal