RADARSEMARANG.COM, Pandemi covid-19 yang melanda di Indonesia teryata menyebabkan kepanikan luar biasa bagi seluruh masyarakat. Hal ini menyebabkan pemerintah mengambil kebijaksanaan terutama di bidang pendidikan bahwa sementara kegiatan belajar mengajar dilaksanakan secara pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau daring. Akan tetapi kebijaksanan ini, membuat para pendidik terutama di lembaga PAUD bingung untuk memulai pelaksanaannya. Termasuk di sekolah penulis,TK Pertiwi 02 Salatiga.
Pada prinsipnya pembelajaran PAUD adalah pembelajaran yang dilaksanakan dengan cara praktik langsung dan pembiasaan, yaitu melalui kegiatan bermain serta berinteraksi dengan lingkungan. Pendidik menyediakan bahan bermain yang bisa merangsang bakat kreatif anak. Pendidikan PAUD juga mengembangkan pada nilai-nilai karakter, pemantauan kesehatan dan kemampuan belajar. Tetapi selama pandemi, guru otomatis tidak bisa memantau langsung perkembangan anak, padahal kurikulum harus tercapai.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akhirnya mengeluarkan kebijaksanaan lagi bahwa selama pandemi Covid-19, semua guru PAUD diminta tidak memberikan tugas yang bermacam-macam kepada muridnya. Murid diberikan kebebasan bermain sepuas-puasnya di rumah.
Menanggapi imbauan tersebut, beban guru agak terkurangi. Tidak sedikit guru PAUD yang menerapkan pembelajaran dengan metode yang berbeda. Yang biasanya terpacu dengan target kurikulum, untuk saat ini hanya banyak memberikan tugas dengan materi pembelajaran yang bersifat pembiasaan sehari-hari di rumah.
Materi pembisaaan yang ditugaskan selama pembelajaran di rumah sebenarnya tidak jauh dengan pembelajaran yang diterapkan di sekolah. Misalnya praktek cuci tangan, mandi, gosok gigi, membersihkan perlengkapan makan sendiri.
Tugas pembiasaan itu diberikan setiap hari melalui WA grup dalam bentuk teks instruksi, audio instruksi dan juga video. Selanjutkan orangtua akan mendampingi serta mendokumentasikan kegiatan tersebut dalam bentuk video atau foto dan kemudian dikirimkan ke guru sebagai bahan pemantauan dan penilaian.
Ternyata dalam pelaksanaannya pembelajaran ini tidak semudah yang dibayangkan. Banyak dampak yang membuat tidak berjalannya kegiatan jarak jauh ini, antara lain: 1) Kurang semangat anak dan kurangnya kemampuan orangtua dalam mendampingi belajar anak. Biasanya anak PAUD belajar di sekolah dengan cara bermain, bercanda dengan penuh warna dengan temannya. Kadang diselingi tepuk, lagu dan kreativitas lainnya. Tapi kalau di rumah, mereka harus belajar sendiri dengan situasi yang monoton dan kurang menarik. 2) Banyak orangtua yang tidak telaten dalam dampingi anak, sehingga dalam praktiknya mereka sampai bentak-bentak menuju kekerasan fisik. Kesulitan guru dalam pengamatan dan penilaian. Pengamatan hanya dilakukan lewat video dan foto sehingga aktivitas guru dalam pengamatan dan penilaian menjadi sangat terbatas.
Dari dampak di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran jarak jauh tidak semuanya berjalan dengan mudah. Peran orangtua dalam pendampingan belajar sangat diperlukan, walaupun kondisi orangtua sendiri yang kesulitan. Orangtua harus membuka diri bahwa saat ini pembelajaran anak menjadi tanggungjawabnya kembali. Sedangkan guru diharapkan mampu menjaga komunikasi dua arah dengan orangtua dan anak didik secara reguler. Guru harus memastikan kebutuhan dasar anak terpenuhi, kemudian dilanjutkan dengan berbagi kiat-kiat mendidik anak sesuai metode pembiasaan di PAUD. Guru harus siap bisa menjadi konsultan bagi orangtua.
Selain itu Dinas Pendidikan juga harus berperan aktif memberikan dukungan kepada guru dan orangtua yaitu dengan mengambil langkah inovatif serta memberikan solusi atas permasalahan yang terjadi selama masa pandemi belum berakhir. (bs1/ton)
Guru TK Pertiwi 02 Salatiga.