RADARSEMARANG.COM, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada manusia dan lingkungan di sekitarnya. Semua materi yang disajikan oleh IPA dominan terkait dengan benda dan aktifitas tubuh manusia. Melalui pembelajaran IPA diharapkan kelak dapat memberikan sumbangsih ilmunya sebagai scientis.
Salah satu konsep atau materi yang dilaksanakan oleh penulis sebagai guru termuat dalam IPA kelas tujuh SMP Negeri 35 Semarang Kecamatan Mijen Kota Semarang adalah tentang sistem organisasi kehidupan makhluk hidup. Materi ini tidak akan lekang oleh perkembangan zaman. Siswa akan dapat mengetahui dan memahami dengan baik tentang sistem organisasi kehidupan makhluk hidup dan manfaatnya. Apalagi memasuki zaman yang serba modern ini, kehidupan manusia di dunia sudah syarat akan teknologi. Perlu adanya perpaduan antara sistem organisasi kehidupan makhluk hidup dengan teknologi terbaru sebagai media penelitian ke depannya.
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa pembelajaran IPA masih didominasi oleh metode ceramah. Akibatnya, siswa tidak mendapatkan ruang untuk berinteraksi kepada guru maupun kepada siswa yang lain. Situasi pembelajaran menjadi monoton dan membosankan. Hal tersebut jelas tidak sesuai dengan karakteristik pembelajaran IPA yang syarat dengan praktek, ketrampilam dan menciptakan. Akibatnya, hasil belajar siswa menjadi rendah dan jelek. Hasil belajar siswa yang rendah bisa dijadikan sebagai salah satu indikator bahwa guru belum berhasil dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Guru seharusnya mampu menghadirkan model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran yang tepat akan dapat memudahkan proses pembelajaran sesuai tujuan yang diharapkan. Riyanto (2010: 267) menjelaskan bahwa hakikat pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang untuk melatih kecakapan akademis (academic skills), keterampilan sosial (social skill) dan interpersonal skill. Anita Lie (2010: 12) turut menjabarkan bahwa pembelajaran kooperatif atau pembelajaran gotong royong adalah sistem pengajaran yang memberi kesempatan siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur.
Model pembelajaran kooperatif yang menghibur dan menyenangkan perlu dihadirkan. Di antaranya adalah model pembelajaran scramble atau susunan huruf, kata dan kalimat. Rober B. Taylor (2001) menjelaskan model pembelajaran scramble dalam Huda (2013) bahwa Scramble merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan konsentrasi dan kecepatan berpikir siswa. Selain itu, model pembelajaran Scramble juga dapat mendatangkan permainan dalam proses pembelajaran. Hesti Damayanti (2010: 3-4) menambahkan scramble adalah model pembelajaran yang menggunakan penekanan latihan soal yang dikerjakan secara berkelompok yang memerlukan adanya kerjasama antar anggota kelompok dengan berpikir kritis sehingga dapat lebih mudah dalam mencari penyelesaian soal.
Tahapannya model pembelajaran scramble yaitu guru membuat kartu soal sesuai materi yang diajarkan, sambil membuat kartu jawaban dengan diacak nomornya. Kemudian guru menyampaikan materi pembelajaran dan diikuti membagikan kartu soal pada kelompok yang telah dibentuk secara heterogen dan kartu jawaban. Kelompok mengerjakan soal disusul dengan mencari kartu soal untuk jawaban yang cocok. Pada akhir pembelajaran, guru bersama siswa membuat kesimpulan, pemberian refleksi dan penguatan serta evaluasi. (ipa2/ton)
Guru SMPN 35 Semarang.