RADARSEMARANG.COM, Pencapaian sebuah bangsa tersimpan dalam produk budayanya. Sedangkan yang dinamakan budaya tidak hanya sebatas tari, musik, rumah adat dan makanan tetapi aksara daerah juga termasuk budaya bangsa yang harus dilestarikan.
Salah satunya adalah aksara Jawa yang juga dikenal sebagai hanacaraka, carakan atau dentawyanjana. Adalah salah satu aksara tradisional Indonesia yang berkembang di Pulau Jawa.
Tetapi belajar bahasa Jawa kerap menjadi momok menakutkan bagi siswa bahkan guru sekalipun. Sehingga saat ini makin sedikit yang paham dan dapat mengaplikasikan aksara Jawa dalam kehidupan sehari-hari. Bukan tidak mungkin jika situasi seperti ini tidak diatasi aksara Jawa akan punah dalam beberapa tahun ke depan.
Meskipun dalam kurtilas sangat menekankan pembelajaran anak melalui penemuan, tetapi berbeda dengan mempelajari aksara Jawa yang tidak bisa lepas dari menggunakan metode menghafal. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, menghafal adalah berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu ingat. Sedangkan menurut Suryabarata, menghafal disebut juga mencamkan dengan sengaja dan dikehendaki, maksudnya adalah dengan sadar dan sungguh-sungguh mencamkan sesuatu.
Persoalannya, bagaimana mengaktifkan siswa agar mempunyai kesadaran untuk belajar menghafal. Karena menghafal adalah sesuatu yang membosankan, maka guru harus bisa membuat kondisi pembelajaran yang menyenangkan.
Untuk memudahkan siswa pada pembelajaran aksara Jawa di kelas 4 SD Lowungu Kecamatan Bejen, guru menggunakan metode menghafal yang diterapkan pada kegiatan literasi setiap pagi dengan menggunakan kartu huruf.
Tetapi sebelum masuk pada literasi, tahap pertama yang harus dilakukan adalah menghafalkan nama-nama aksara Jawa. Tahap kedua pengenalan bentuk-bentuk aksara Jawa. Selanjutnya, metode menghafal dilakukan pada saat literasi sebelum masuk jam pembelajaran yang sebelumnya siswa dibagi menjadi 4 kelompok sesuai baris aksara yaitu pertama ha na ca ra ka, kedua da ta sa wa la. Ketiga pa dha ja ya nya. Empat ma ga ba tha nga.
Masing-masing kelompok dibagi kartu aksara Jawa yang ada tulisan latinnya sesuai urutan baris. Kemudian siswa mengamati bentuk aksara dan namanya. Setelah siswa sudah faham dengan kartu yang dipegangnya maka kartu ditukar dengan teman lain yang masih satu kelompok sampai semua siswa menerima 5 kartu yang dipegang oleh masing-masing kelompoknya.
Kemudian kartu dikumpulkan dan siswa menyebutkan nama aksara yang ditunjukkan guru dengan kartu aksara yang tidak ada tulisan latinnya. Setelah masuk kelas dan berdoa, semua siswa menulis 5 aksara Jawa beserta latinnya sesuai materi yang diterima tiap kelompok.
Hal itu dimaksud supaya guru mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam menghafal aksara. Pada hari kedua sampai keempat kegiatan yang dilakukan masih sama seperti hari pertama yaitu siswa mengamati dan menyebutkan aksara menggunakan kartu serta menuliskan aksara yang berbeda dengan hari sebelumnya. Guru mengulang-ulang terus literasi tersebut sampai siswa benar-benar hafal dengan aksara Jawa.
Demikian metode pembelajaran yang dilakukan pada siswa kelas 4 SDN Lowungu, Kecamatan Bejen, Kabupaten Temanggung sehingga siswa lebih mudah dalam menghafal aksara Jawa. (ss1/lis)
Guru SDN Lowungu, Kec Bejen, Kabupaten Temanggung