RADARSEMARANG.COM, Proses pembelajaran merupakan fase komunikasi. Dalam proses pembelajaran itu terdapat tiga komponen yaitu siswa penerima pesan, guru penyampai pesan, dan pesan itu sendiri. Kadangkala proses pembelajaran itu mengalami kegagalan komunikasi.
Artinya, materi pelajaran atau pesan yang disampaikan guru tidak dapat diterima oleh siswa dengan optimal. Artinya tidak seluruh materi pelajaran dapat dipahami dengan baik oleh siswa. Hingga siswa sebagai penerima pesan salah menangkap isi pesan yang disampaikan. Untuk menghindari itu guru dapat menyusun strategi pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai media dan sumber pelajaran.
Strategi dan media pembelajaran yang digunakan dalam penyampaian materi pembelajaran seharusnya dapat dijangkau dan dipahami oleh guru dan siswa. Salah satu materi dalam mata pelajaran bahasa Indonesia iswa kelas XI di SMA N 1 Jetis adalah materi drama. Materi drama merupakan materi yang perlu ketelitian, oleh sebab itu perlu media yang handal agar pembelajaran materi drama dapat diserap dengan baik oleh siswa.
Ciri suatu media pembelajaran adalah mengandung pesan yang akan disampaikan kepada penerima pesan. Sebagian media dapat mengolah pesan atau respons siswa sehingga media itu sering disebut media interaktif. Pesan dan informasi yang dibawa oleh media bisa berupa pesan yang sederhana maupun sangat kompleks. Akan tetapi media itu disiapkan untuk memenuhi kebutuhan belajar dan kemampuan siswa, serta siswa dapat aktif berpartisipasi dalam proses belajar mengajar.
Pandemi Covid-19 saat ini masih melanda seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Sebagai bagian dari wilayah negara kesatuan Republik Indonesia, pembelajaran di SMAN 1 Jetis Bantul juga mengalami BDR atau belajar di rumah atau PJJ (pembelajaran jarak jauh). Media yang dianggap cocok, menarik, dan asyik dalam pembelajaran drama adalah video drama.
Media audio visual adalah jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik, sebab mengandung kedua unsur jenis media yang audio dan media visual saja.
Pembelajaran drama menggunakan media audio visual diangap tepat karena media tersebut sudah dikenal, gampang dicari, menarik, dan sangat mudah dipahami oleh siswa maupun guru. Media audio visual yang digunakan merujuk pada penggunaan video drama. Tentu saja video drama yang digunakan adalah video drama yang sesuai dengan perkembangan jiwa remaja dan mengandung nilai-nilai moral. Selain itu video drama yang dipergunakan sebagai media pembelajaran drama juga tidak mengandung SARA dan pornografi.
Dalam pelaksanaan pembelajaran daring, para siswa diminta menonton dan memahami video drama yang telah dikirim oleh guru di rumah masing-masing pada jam pelajaran secara bersama-sama. Setelah menonton, para siswa diberikan waktu untuk menirukan gerak dan suara yang ada pada tokoh dalam video drama. Lalu tiruan suara dan gerak tokoh dalam video drama diunggah di media sosial. Penilaian pembelajaran drama ini dilakukan dengan memberikan “like” jika video tiruan suara dan gerak tokoh tersebut sudah diunggah para siswa.
Dengan “like” ini siswa menjadi bangga. Oleh karena itu, pembelajaran drama dengan media audio visual ini memang mengasyikkan bagi guru dan para siswa. (pg2/lis)
Guru Bahasa Indonesia SMAN 1 Jetis, Kec. Jetis, Kabupaten Bantul, DIY