29 C
Semarang
Sunday, 15 June 2025

Serunya Belajar Kebersihan Alat Reproduksi dengan Metode PjBL

Oleh : Mulyono S.Pd

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, MENGORGANISASI lingkungan pembelajaran membutuhkan media dan metode yang tepat agar terjadi proses belajar mengajar yang menarik dan mengesankan siswa. Ketika itu terjadi, maka semangat belajar siswa meningkat dan mampu menyerap materi dengan baik. Meski pada pelaksanaannya ditemukan kendala sebagaimana dialami oleh penulis di SD Negeri 01 Bulaksari. Masih ada beberapa siswa yang bosan dan tidak fokus dalam pembelajaran.

Karena itu, penulis sebagai guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) berusaha menerapkan metode Project Based Learning (PjBL), sehingga dapat membangun semangat belajar siswa. Terutama pada materi kebersihan alat reproduksi pada kelas VI.

Model PjBL merupakan model pembelajaran inovatif yang melibatkan kerja proyek, dimana peserta didik bekerja secara mandiri dalam mengonstruksi pembelajarannya dan mengulminasikannya dalam produk nyata (Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, 2009:30).

Menurut Daryanto (2009:407), PjBL merupakan cara belajar yang memberikan kebebasan berpikir pada siswa yang berkaitan dengan isi atau bahan pengajaran dan tujuan yang direncanakan.

Model PjBL memiliki karakteristik antara lain mengarahkan siswa untuk menginvestifigasi ide dan pertanyaan penting. Merupakan proses inkuiri. Terkait dengan kebutuhan dan minat siswa. Berpusat pada siswa dengan membuat produk dan melakukan presentasi secara mandiri. Menggunakan keterampilan berpikir kreatif, kritis, dan mencari informasi untuk melakukan investigasi, menarik kesimpulan, dan menghasilkan produk, terkait dengan permasalahan yang dihadapi.

Materi pembelajaran kebersihan alat reproduksi memuat kompetensi dasar pada ranah pengetahuan memahami perlunya pemeliharaan kebersihan alat reproduksi. Pada ranah keterampilan, memaparkan perlunya pemeliharaan kebersihan alat reproduksi. Indikator capaian belajar, siswa mampu mengidentifikasi pengertian dan pemahaman perlunya pemeliharaan kebersihan alat reproduksi serta siswa mampu menjelaskan atau menceritakan perlunya pemeliharaan kebersihan alat reproduksi.

Langkah–langkah model pembelajaran metode PjBL pada materi kebersihan alat reproduksi sebagai berikut, pertama, guru melakukan apersepsi dan menyampaikan topik terkait kebersihan dan alat reproduksi dan mengajukan pertanyaan bagaimana cara menjaga kebersihan alat reproduksi. Siswa mengajukan pertanyaan mendasar apa yang harus dilakukan siswa terhadap topik masalah. Guru memastikan setiap siswa dalam kelompok memilih dan mengetahui prosedur pembuatan proyek yang akan dihasilkan. Siswa berdiskusi menyusun rencana pembuatan proyek pemecahan masalah meliputi pembagian tugas, persiapan alat, bahan, media, sumber yang dibutuhkan. Setelah itu, guru dan siswa membuat kesepakatan tentang jadwal pembuatan proyek (tahapan-tahapan dan pengumpulan).

Siswa menyusun jadwal penyelesaian proyek dengan memperhatikan batas waktu yang telah ditentukan bersama. Lalu, guru memantau keaktifan siswa selama melaksanakan proyek, memantau realisasi perkembangan dan membimbing jika mengalami kesulitan. Siswa melakukan pembuatan proyek sesuai jadwal, mencatat setiap tahapan, mendiskusikan masalah yang muncul selama penyelesaian proyek dengan guru. Selanjutnya, guru berdiskusi tentang prototipe proyek, memantau keterlibatan peserta didik, mengukur ketercapaian standar. Membahas kelayakan proyek yang telah dibuat dan membuat laporan proyek untuk dipaparkan kepada orang lain. Terakhir, guru membimbing proses pemaparan proyek, menanggapi hasil, selanjutnya guru dan siswa melakukan refleksi. Setiap siswa memberikan tanggapan, dan bersama guru menyimpulkan hasil proyek.

Metode ini memiliki kelebihan setelah dipraktikkan. Siswa terlibat dalam mempraktikan strategi otentik secara disiplin. Siswa bekerja secara kolaboratif untuk memecahkan masalah yang penting baginya. Teknologi terintegrasi sebagai alat untuk penemuan, kolaborasi, dan komunikasi dalam mencapai tujuan pembelajaran penting dalam cara-cara baru, serta meningkatkan kerja sama guru dalam merancang dan mengimplementasikan proyek-proyek yang melintasi batas-batas geografis atau bahkan melompat zona waktu. Namun demikian, metode ini terdapat kelemahan, memerlukan banyak waktu dan memerlukan banyak media dan sumber belajar. Maka guru sebaiknya menyiapkan banyak referensi untuk sumber belajar dan kajian siswa. (ti4/ida)

Guru PJOK SD Negeri Bulaksari.


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya