RADARSEMARANG.COM, Gawai merupakan perangkat elektronik yang memiliki model penggunaan cukup praktis dan memiliki fungsi khusus yakni sebagai media untuk mempermudah berbagai pekerjaan manusia sebagai alat komunikasi atau media hiburan (wikipedia). Salah satu jenis gawai adalah HP (handphone) yang banyak digunakan sebagai media komunikasi seperti telepon atau mengirimkan pesan singkat. Di dalam fitur HP ada aplikasi yang namanya WhatsApp Messenger yang memungkinkan kita bertukar pesan tanpa pulsa, karena menggunakan paket data internet.
Di balik perkembangan teknologi yang sedemikian canggih saat ini, terdapat pula sisi negatifnya. Dalam komunikasi menggunakan aplikasi WhatsApp kadangkala penulisan huruf, kata, atau kalimat menimbulkan salah tafsir atau silap makna bagi pembacanya. Silap dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti salah pengelihatan (pengelihatan atau perasaannya berlainan dengan keadaan yang sebenarnya) (https://kbbi.web.id/silap.html).
Dalam hal ini penulis mengartikan silap makna adalah kesalahan dalam mengartikan pesan pada saat membacanya dalam WhatsApp sehingga berpengaruh pada perasaannya. Kesalahan tanggapan ini dapat menimbulkan makna ganda (ambiguitas). Maksud dari penulis pesan diartikan berbeda oleh si penerima pesan sehingga akan mengubah perasaannya.
Silap makna dari pengirim pesan berupa satu huruf, misalnya huruf “Y”. Misalnya kalimat, “Mas, saya tidak masuk kelas karena sakit, tolong izinkan.” Kemudian dijawab dengan huruf “Y”. Dengan jawaban singkat “Y” seperti itulah maka penerima pesan serasa beda tanggapan perasaannya kemudian akan mengartikan “dia marah”, “dia tidak rela”, dan “dia meremehkan”.
Silap makna berupa kata, misalnya kata “Hmmm”. Misalnya kalimat, “Bagaimana, kamu berhasilkah?” Kemudian dijawab dengan kata “Hmmm” (dalam kondisi senang). Jawaban singkat seperti itulah yang akan menjadikan kita silap makna karena bisa saja bermakna keluhan, menganggap ringan, dan keragu-raguan.
Berikutnya adalah silap makna berupa kalimat, “Pak, td mlm saya sdh sekali”. Kalimat itu bisa berarti tadi malam sangat sedih dan bisa juga berarti tadi malam sudah melakukan sesuatu satu kali. Begitu juga dengan kalimat “Besok km hrs pake kaos dalam kotak hitam”. Makna kalimat tersebut adalah kaos dalam bergambar kotak hitam dan bisa bermakna kaos di dalam kotak hitam.
Beberapa contoh silap makna di atas sering terjadi pada peserta didik di SMAN 1 Dukun. Oleh karena itu, penulis mencoba membenahi kebiasaan peserta didik kelas XI dengan cara mengadakan lomba menulis pesan di WhatsApp. Setiap kelas mengirimkan empat peserta (4 kelas MIPA dan 4 kelas IPS). Model lombanya adalah penulis sewaktu-waktu mengirim beberapa pesan kepada peserta didik kemudian harus dibalas dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar termasuk penyingkatannya.
Dalam waktu satu bulan apabila peserta didik dalam membalas pesannya sudah memenuhi kriteria penilaian (etika, diksi, struktur, dan ketepatan penyingkatan kata), maka penulis akan menentukan pemenangnya.
Dengan cara lomba seperti itu ternyata cukup berhasil. Sudah 32 peserta didik dalam satu bulan di luar jam pelajaran belajar secara mandiri menulis pesan dengan baik dan benar. Baik sesuai dengan situasi dan kondisi, benar sesuai dengan kaidah tata bahasa Indonesia yang berlaku. Itulah salah satu contoh yang penulis lakukan untuk membimbing dan membiasakan peserta didik dalam menulis pesan di WhatsApp dengan benar dan tepat.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setiap huruf, kata, dan kalimat dalam pesan WhatsApp apabila tidak dicermati, akan menimbulkan silap makna. Apabila ada penyingkatan kata, hendaknya disingkat sesuai keumuman atau yang sudah lazim digunakan. Melalui lomba tersebut, peserta didik merasa lebih terpacu dalam meningkatkan kualitas menulis pesan yang benar. (agu2/lis)
Guru Bahasa Indonesia SMAN 1 Dukun, Kabupaten Magelang.