27 C
Semarang
Sunday, 13 April 2025

Pembelajaran Bioteknologi Berbasis Produk

Oleh: Sugi Kurniasih, S. Pd.

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, KEADAAN pandemi seperti ini menyebabkan prosess pembelajaran tidak bisa dilakukan secara tatap muka. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara daring/online/pembelajaran jarak jauh. Pembelajaran seperti ini menyebabkan interaksi antara guru dengan peserta didik terbatas. Guru dan peserta didik hanya bertemu melalui dunia maya yang menjadikan pembelajaran tidak seefektif ketika pembelajaran secara tatap muka. Banyak peserta didik mengeluhkan proses pembelajaran daring menjenuhkan sehingga peserta didik menjadi kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran di google classroom, seperti yang terjadi pada pembelajaran IPA di kelas IX A SMP Negeri 1 Kaligondang.

Carin dan Sound (1993) dalam Sulistyowati (2014) mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen. IPA mempunyai empat unsur utama, yaitu sikap, proses, produk dan aplikasi. Proses pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses sains lebih banyak melibatkan peserta didik untuk lebih aktif dalam pebelajaran serta dapat mengelola temuan yang diperolehnya dari aspek-aspek keterampilan. Proses pembelajaran seperti inilah yang diterapkan penulis dalam pembelajaran Bioteknologi di kelas IX A SMP Negeri 1 Kaligondang pada masa pandemi Covid-19.

Pada pembelajaran bioteknologi, peserta didik dituntut mampu membuat salah satu produk bioteknologi konvensional, seperti tape, kecap, tempe, yakult, yoghurt dan lain sebagainya yang layak dikonsumsi dan dipasarkan di masyarakat, minimal di lingkungan sekolah. Guru IPA dituntut kreatif dalam proses pembelajaran pada peserta didik. Penggunaan metode dan model pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan. Mengintegrasikan materi konseptual, factual, procedural dan metakognisi yang mapu ditelaah oleh peserta didik. Namun harus bisa menjadikan peserta didik sebagi subyek dalam pembelajaran. Peserta didik akan dapat mengembangkan keterampilan 4C, sehingga pembelajaran menjadi aktif dan menyenangkan. Pembelajaran dengan metode dan model seperti itulah yang diterapkan penulis di kelas IX A SMP Negeri 1 Kaligondang.

Peserta didik dapat praktik secara langsung di rumah masing-masing dengan panduan buku dan lembar kerja yang dibagikan/dishare melalui grup whatsapp IPA kelas IX A. Sebelum melaksanakan praktik, mereka dapat observasi dulu ke rumah produsen tempe, tape atau produk bioteknologi lainnya. Setelah melakukan observasi, peserta didik kemudian melakukan praktik membuat produk bioteknologi konvensional sesuai keinginan dan bahan yang mereka miliki di rumah. Guru dapat menilai proses pembelajaran ini dari awal sampai akhir dihasilkannya produk bioteknologi konvensional. Berawal dari perencanaan yang dilakukan peserta didik antara lain: pilihan produk bioteknologi konvensional yang mau dibuat, persiapan alat dan bahan, kemudian proses fermentasinya, dan yang terakhir proses pengemasan produk yang menarik dan produknya berhasil atau tidak sehingga layak atau tidak layak untuk dijual ke konsumen.

Selama praktik, peserta didik juga diminta untuk merekam prosesnya dalam video dan dikirim melalui whatshapp sehingga guru mengetahui langkah-langkah proses pembuatannya betul apa tidak. Selain video, peserta didik juga harus mengirimkan foto produk bioteknologinya melalui whatshapp dan produk ditunjukkan ke guru IPA kelasnya di sekolah sesuai waktu yang sudah ditentukan, tentunya tetap mematuhi protokol kesehatan serta melaporkannya secara tertulis, baik yang berhasil maupun yang kurang berhasil yang disertai rincian biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan produk tersebut.

Pembelajaran bioteknologi berbasis produk ini mempunyai kelebihan dapat meminimalisir kejenuhan pembelajaran saat pandemi ini. Setap hari mereka hanya berfokus pada penggunaaan alat-alat seperti handphone dan laptop untuk mengerjakan tugas atau soal-soal. Belajar dengan metode ini akan melibatkan peserta didik melakukan sesuatu (mengalami), berinteraksi dan berkomunikasi dengan alam. Kegiatan pembelajaran ini dapat meningkatkan antusias peserta didik dalam belajar sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar mereka. Mereka akan mempunyai pengalaman yang nyata dan berharga, serta akan membekas dalam otaknya dalam jangka waktu yang lama. Selain itu, ke depan dapat dikembangkan untuk wirausaha di kehidupannya bila ada yang berminat. (pg1/zal)

Guru SMPN 1 Kaligondang, Purbalingga.


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya