RADARSEMARANG.COM, Pembelajaran Bahasa Jawa yang merupakan salah satu mata pelajaran Muatan Lokal di semua jenis dan jenjang pendidikan, termuat materi tembang macapat. Sayang seringkali materi tembang macapat membuat siswa malas dan kurang menyenangkan. Tidak hanya siswa Sekolah Dasar saja, tetapi hampir semua siswa sekolah menganggap materi tembang macapat merupakan materi mata pelajaran yang sulit bagi mereka.
Pada setiap bait tembang macapat memiliki baris kalimat yang disebut gatra. Di setiap gatra memiliki sejumlah suku kata yang disebut guru wilangan, dan yang berakhir pada bunyi sajak akhir yang disebut guru lagu. Tembang macapat terdiri dari 11 macam yang meliputi : Maskumambang, Mijil, Sinom, Kinanthi, Asmaradana, Gambuh, Dhandhanggula, Durma, Pangkur, Megatruh dan Pucung.
Tembang macapat benyak pesan seperti dikemukakan Setiyadi dan Putut (2010) bahwa tembang macapat mengandung wacana sasmita untuk berperilaku baik, meninggalkan perilaku buruk, dan tentang tata hubungan antara manusia lain dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran tembang macapat setidaknya harus diarahkan pada 3 fungsi pokok yaitu fungsi alat komunikasi,edukasi dan kultural. Tembang macapat sebagai alat komunikasi diharapkan siswa dapat menyanyikan tembang macapat dengan baik dan benar, menyampaikan isi dan kandungan tembang macapat yang sesuai dengan aturan nada yang tepat.
Fungsi edukasi dalam pembelajaran tembang macapat diharapkan siswa dapat memperoleh nilai-nilai budaya daerah untuk keperluan pembentukan karakter dan identitas bangsa. Dalam lirik-lirik tembang macapat memuat tuntunan hidup dan yang terkandung dalam tembang macapat diharapkan siswa mampu memahami dan mengamalkan berbagai petuah yang diajarkan dalam tembang macapat.
Fungsi kultural diharapkan untuk menggali dan menanamkan kembali nilai-nilai budaya daerah sebagai usaha untuk membangun identitas dan menanamkan filter dalam menyeleksi pengaruh budaya asing. Dengan mempelajari tembang macapat siswa kembali didorong untuk mencintai lagu-lagu daerahnya sendiri, dibanding dengan lagu-lagu modern yang belum tentu sesuai dengan budaya kita.
Dalam pembelajaran banyak kendala yang terkait dengan materi tembang macapat yang banyak dihadapkan para guru dan siswa. Diantaranya tembang macapat mempunyai banyak aturan atau pakem yang bagi kita masih terlalu sulit, kurangnya sumber daya manusia (SDM) pengajar Bahasa Jawa yang menguasai tembang macapat, kurangnya praktik menyanyikan tembang macapat dikarenakan materi hanya diajarkan secara teori saja. Kurangnya diklat/ pelatihan tembang macapat bagi para guru. Guru yang mengajarkan tembang macapat bukan guru Bahasa Jawa, sehinngga kurang memahami materi dan kurang diminati karena dianggap kuno, dan kebanyakan siswa tidak memahami bahasa yang dipakai dalam tembang macapat.
Dari berbagai masalah tersebut tampaknya menjadikan kendala besar bagi keberlangsungan tembang macapat sebagai warisan budaya Jawa. Bila tidak segera dicari solusi, maka materi tembang macapat yang termuat di mata pelajaran Bahasa Jawa akan merupakan materi teori saja, yang akan dibaca saja tanpa usaha mempraktikkan dan menyanyikan.
Untuk itu perlulah campur tangan dari pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk mengatasi berbagai masalah dengan memfasilitasi guru-guru untuk memperdalam ilmu tentang tembang macapat., melalui pendidikan dan pelatihan dan digiatkan dalam bentuk kompetisi/ lomba tembang macapat.bagi siswa dan guru. Bisa dilakukan lewat pelatihan dalam bentuk paket di Kelompok Kegiatan Guru/ KKG di masing-masing Dabin. Juga diharapkan masing-masing sekolah untuk menggiatkan kegiatan ekstrakurikuler tembang macapat. Dengan berbagai usaha/ pemikiran ini, kelesterian tembang macapat sebagai budaya Jawa akan tetap terjaga. (pg1/ton)
Guru kelas IV B SDN.Sidoharjo 02 Kec. Suradadi Kab. Tegal