RADARSEMARANG.COM, Mikro organisme lokal (MOL) merupakan cairan yang berasal dari bahan-bahan alami dapat dipergunakan sebagai media hidup dan sebagai tempat berkembangnya mikroorganisme. MOL berfungsi untuk mempercepat penghancuran bahan-bahan organik, serta sebagai nutrisi tambahan bagi tanaman yang dikembangkan di daerah tersebut. Sederhananya, MOL itu semacam bakteri buatan sendiri (lokal) untuk menyuburkan tanah atau untuk menguraikan sampah organik menjadi kompos yang berguna seperti nutrisi (vitamin) bagi tanah agar tetap subur.
Larutan MOL adalah hasil fermentasi berbahan dasar dari berbagai sumber daya yang tersedia di lingkungan setempat baik dari tumbuhan maupun hewan. Larutan MOL mengandung unsur hara mikro, makro dan juga mengandung bakteri yang berguna untuk pupuk organik cair (POC), dekomposer atau biang kompos untuk pembuatan kompos, dan sebagai pestisida organik untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman. MOL dapat bersumber dari bermacam-macam bahan lokal, antara lain urine sapi, batang pisang, daun gamal, buah-buahan, nasi basi, sampah rumah tangga, rebung bambu, serta rumput gajah dan dapat berperan dalam proses pengelolaan limbah ternak, baik limbah padat untuk dijadikan kompos, serta limbah cair ternak untuk dijadikan bio-urine (Sutari, 2010).
Bahan yang diperlukan dalam pembuatan MOL harus mengandung tiga unsur utama, yaitu: karbohidrat, glukosa, dan sumber bakteri (mikroorganisme). Karbohidrat dan glukosa diperlukan sebagai sumber energi bagi mikroorganisme. Peran mikroorganisme sangatlah penting bagi tanaman dan tanah dalam penyerapan unsur hara. Pemanfaatan Mikroorganisme Lokal (MOL) mempunyai keunggulan yaitu murah bahkan tanpa biaya dan kemudahan pengaplikasiannya. Bahkan dengan memanfaatkan buah dan sayuran yang ada di sekitar sekolah dapat kreatif membuat MOL.
Membuat mikroorganisme lokal (MOL) pada dasarnya adalah membuat larutan hasil fermentasi. Cara membuat MOL relatif mudah, buah busuk disekitar sekolah dapat dipakai, semua bahan dipotong dan dicampur dengan larutan yang mengandung glukosa seperti air nira, air gula, atau air kelapa. Lalu masukkan kedalam jerigen dan tutup dengan rapat, lubangi bagian samping jerigen dan berilah selang yang dihubungkan dengan botol kecil yang berisi air dibiarkan sampai 10-15 hari, sesekali buka tutupnya untuk mengeluarkan gasnya, setelah 10-15 hari saring larutan MOL untuk dipakai menyemprot ke lahan/tanaman.
Kurikulum 2013 memaksa guru mengubah pola pengajarannya, yang semula hafalan dan pendalaman materi berubah menjadi pembelajaran yang berbasis discovery learning, problem based learning, dan project based learning. Kurikulum 2013 ditujukan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif, serta mampu berkontribusi pada kehidupan masyarakat, berbangsa, bernegara, dan berperadaban dunia.
MOL dapat digunakan sebagai metode belajar lingkungan hidup yang diintegrasikan dengan pembelajaran sains. MOLdapat dipakai sebagai sarana pembelajaran sains bagi peserta didik untuk mudahkan guru dalam mengenalkan lingkungan sekolah, terutama pada pembelajaran perawatan tanaman. Pada kegiatan nyata, peserta didik cenderung mengenal pupuk organik hanya dari kotoran hewan dan daun. Untuk itu, penggunaan MOL sangat penting untuk menambah pengetahuan peserta didik tentang merawat lingkungan dan tanaman di sekolah. Peserta didik akan lebih terpacu dan bersemangat dalam belajar jika dilihatkan pada sesuatu yang nyata, daripada guru yang hanya bercerita di depan kelas, peserta didik akan merasa bosan. (pg1/ton)
Guru SDN Ujungnegoro 01, Kandeman, Batang.