RADARSEMARANG.COM, EMPATI adalah kemampuan untuk mengalami dan merespon perasaan orang lain. Empati lebih dari pada menerima emosi orang lain tetapi pada merasakan emosi didalamnya dan mengekspresikannya sepenuh hati. Dalam kehidupna sehari hari kita perlu selalu mengasah rasa empati apalagi dalm kondisi pandemi saat ini, sebagai sesama umant manusia kita harus memmupuk rasa empati kita terhadap apa yang sedang di alami saudara saudara kita yang saat ini sedang di rawat dirumah sakit, teaga medis, dan pemerintah guna penagulanga wabah Covid-19.
Untuk dapat berempati, langkah pertama yang dilakukan di SMKN 1 Seyegan, Sleman adalah dengan berempati pada diri sendiri (self-smpathy). Self-empathy adalah dengan penerimaan diri, mengkoneksikan diri pada perasaan dan kebutuhan kebutuhan dirinya serta mengasihani diri sendiri. Hal ini dapat kita wujudkan dengan menjaga kebersihan diri kita, tidak berada dalam kerumunan, menjaga jarak, menggunkan masker ketika bebergian, perilaku dari diri sendiri ini yang akan berefek kepada orang lain, dengan mengkoneksikan diri pada kebutuhan kebutuhan pribadi kita di eara pandemi saat ini, tidak jarang hal ini menimbulkan perbedaan pemahaman dalam kehidupan kita sebagai bagian masyarakat yang mungkin pemahaman yang sangat beragam dalam mensikapi pandemi saat ini ada yang tidak percaya, percaya, dan bahkan sangat ketakutan sehingga dapat menimbulkan Masalah-masalah dalam segala aspek kehidupan yang timbul dan sering kita lihat sehari-hari, seperti melangggar aturan aturan yang di terapkan pemerintah dalm penangulanga Covid 19, tidak mengunkan masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan bahkan malah mengucilkan penderita atau seseorang yang terpapar virus covid 19,memberikan beban tugas pada siswa yang terlalau banyak dengan dalih agar tercapai target nilai suatu pelajaran, merupakan dampak dari miskinnya empati baik dalam kehidupan sosial maupun dalam kehidupan keluarga, dan soaial serta dalam dunia pendidikan. Padahal empati sendiri dalam kehidupan manusia merupakan nilai-nilai peninggalan dari nenek moyang kita. Empati digunakan oleh spesies manusia untuk membuat manusia tersebut tahu apa yang manusia lain alami.
Beberapa ilmuwan yang menyatakan bahwa kemampuan untuk berempati adalah faktor genetic, jadi kemampuan empati diwarisi disetiap generasi. Akan tetapi empati dapat dipelajari, misalnya melalui keluarga, dalam hubungannya dengan masyarakat, pendidikan di sekolah serta pengalaman-pengalaman terapis dalam psikoterapi.
Menurut nasehat Daniel Goleman, kemampuan berempati bisa kita naikkan melalui praktek berikut: Cepat menangkap isi perasaan dan pikiran orang lain (understanding others). Memberikan pelayanan yang dibutuhkan orang lain. Member, bukan mengambil (Service Orientation), apalagi memanipulasi. Memberikan masukan-masukan positif atau membangun orang lain (developing others). Mengambil manfaat dari perbedaan, bukan menciptakan konflik dari perbedaan (leveraging diversity). Memahami aturan main yang tertulis atau yang tidak tertulis dalam hubungan kita dengan orang lain (Political awareness).
Orang tua dapat membantu anaknya untuk menjadi empati dengan cara: Menjadi responsive akan perasaan dan kebutuhan anak. Bertindak positif kearah tingkah laku positif. Menjadi model perilaku empatik. Memberikan pengaruh pada anak tentang efek perilakunya terhadap orang lain. Membantu anak mengerti bagaimana bila mereka menyakiti orang lain. Memberikan kepedulian yang konsisten. Menghindari menggunakan ancaman dan hukuman fisik. Jangan menolak atau menghindari dari anak ketika mereka membutuhkan bntuan emosional. Memberikan rumah tanpa kekerasan rumah tangga.
Orang dewasa dapat menjadi empati dengan cara: Menambah kesadaran emosional dalam diri sendiri. Mengajarkan pada diri sendiri untuk memperhatikan kondisi emosional orang lain. Memperbaiki penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain. (*/zal)
Guru SMKN 1 Seyegan, Sleman.