32.3 C
Semarang
Monday, 23 June 2025

Perilaku Cyberbullying pada Remaja

Oleh : Prahesti Khasanah, S.Pd

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Pelajar di abad 21 ini, sangat terpengaruh gaya hidup artis ibukota dan dunia layar kaca. Hal itu terlihat juga pada kehidupan sosial pelajar baik di kehidupan nyata maupun di kehidupan maya. Kehidupan sosial pelajar terlihat dari gaya bergaul mereka baik di rumah, sekolah maupun lingkungan luarnya. Sebagian besar pelajar akan mengekspos kegiatan dan kehidupan sehari-hari mereka di media sosial berupa instagram, facebook, twiter, facebook, whatsApp dan sebagainya.

Hal ini berdampak positif dan negatif tergantung dari pelajar itu sendiri. Jika pelajar menggunakan media sosial mereka dengan bijak, maka tidak akan menimbulkan dampak negatif dan sebaliknya. Menurut wikipedia “Intimidasi dunia maya atau penindasan dunia maya (cyberbullying) adalah segala bentuk kekerasan yang dialami anak atau remaja dan dilakukan teman seusia mereka melalui dunia maya atau internet.

Syah & Istiana Hermawati (2018: 131-146) menyebutkan bahwa Cyberbullying merupakan perilaku sosial bullying yang dilakukan oleh pelaku (bully), baik secara perorangan maupun kelompok secara berulang dan terus menerus terhadap korban di dunia maya (internet). Perilaku kasar tersebut dapat berupa pelecehan, penghinaan, intimidasi dan agresi penyerangan terhadap individu secara elektronik. Hasil penelitian Setyawati 2016 menyebutkan, cyberbullying adalah tindakan yang dimaksudkan untuk mempermalukan, mengintimidasi, menyebar keburukan dan kebencian di media cyber. Media cyber yang dimaksud adalah media yang ada di dunia maya atau internet, salah satunya media sosial dimana semua orang bisa melihat dan bisa mengakses akun media sosial tersebut. Publik bisa memberikan komentar, pujian, cacian atau hinaan dan ditujukan ke akun sosial tersebut. Yang diangkat dalam penelitian ini adalah komentar yang dituliskan konseli di media sosial di instagram dan whatsApp.

Cyberbullying dipengaruhi beberapa faktor, yaitu (1) faktor internal, berupa kepribadian pelaku yang dominan, empati yang kurang, cenderung melakukan kekerasan, tidak berani mengambil tesiko dan yang mencari sensasi. (2) faktor lingkungan, meliputi lingkungan keluarga, sekolah dan teman sebaya. Keluarga yang cenderung kurang harmonis, perhatian orangtua yang kurang, kecenderungan dominan dan melakukan kekerasan dalam mendidik anak atau ketika mengatasi permasalaa, cenderung membuat anak melakukan tindakan apapun termasuk bullying agar anak tersebut mendapat perhatian dan pengakuan. Lingkungan sekolah yang tidak kondusif akan membuat anak menjadi pelaku bullying. Teman sebaya berperan terhadap perkembangan dan pengukuhan tingkah laku bullying (Verlinden et al., 2000 dalam Syah & Istiana Hermawati, 2018: 131-146).

Faktor lain yang menyebabkan cyberbullying biasanya dikarenakan terbawa suasana dan terpengaruh teman. Dalam penelitian Setyawati 2016, dituliskan bahwa para remaja yang melakukan cyberbullying mempunyai kepribadian otoriter dan yang mempunyai kebutuhan kuat untuk menguasai dan mengontrol korban yang ingin di-bully. Setyawati (2016) mengemukakan tingkat kesadaran masyarakat Indonesia masih di bawah rata-rata sedangkan tingkat penggunaan internet di Indonesia sangat besar sehingga sangat memungkinkan banyak muncul kasus cyberbullying. Dalam kegiatan pembelajaran kurikulum 2013 penggunaan internet di sekolah juga sangat tinggi terutama di SMK Negeri 1 Seyegan, bahkan ketika ujian juga sudah berbasis android (internet).

Untuk itu dibutuhkan kerjasama dari seluruh stakeholder sekolah,keluarga dan juga teman sebaya untuk lebih respektif terhadap para pelajar yang cyberbullying agar para remaja dengan perilaku maladjustment dapat menyelesaikan tugas perkembanganya dengan baik. Ia menjadi pribadi yang handal bukan menjadi korban dari modernitas di era global dan mempunyai modal untuk menghadapi masa depan dengan baik. (*/ton)

Guru Bimbingan dan Konseling SMK Negeri 1 Seyegan Sleman.


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya