RADARSEMARANG.COM, Jenjang pendidikan anak dalam pendidikan formal, mulai dari pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan pendidikan menengah menyimpan keunikan tersendiri. Berbagai kompleksitas dan keragaman pada tahapan-tahapan pengelolaan pendidikan memunculkan ciri yang berbeda. Terlebih jenjang pendidikan anak pertama yaitu pendidikan anak usia dini mengandung segala aktifitas yang cenderung memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada anak didik.
Pendidikan anak usia dini termasuk Taman Kanak-kanak (TK) memiliki beberapa kelebihan dan tantangan dalam segala tahapan pendidikan tidak terkecuali proses pembelajarannya. Faktor usia emas atau disebut sebagai Golden Age mempengaruhi pelaksanaan proses pembelajaran terutama dalam pemanfaatan model pembelajaran. Anak usia dini memiliki kecenderungan melaksanakan segala aktifitasnya dengan bermain. Bermain menjadi sarana yang tepat menyelipkan materi-materi pembelajaran dalam setiap tahapan proses pembelajaran.
Piaget (2010: 138) permainan sebagai suatu media yang meningkatkan perkembangan kognitif anak-anak. Permainan memungkinkan anak mempraktikan kompetensi-kompetensi dan keterampilan-keterampilan yang diperlukan dengan cara yang santai dan menyenangkan. Sylva, Bruner dan Paul (1976: 155) turut mengungkapkan bahwa dalam bermain prosesnya lebih penting dari pada hasil akhirnya, karena tidak terikat dengan tujuan yang ketat. Dalam bermain anak dapat mengganti, mengubah, menambah, dan mencipta sesuatu. Diana Mutia (2010:151) menambahkan bahwa melalui bermain, dapat mengontrol motorik kasar. Pada saat bermain itulah, mereka dapat mempraktikan semua gerakan motorik kasar seperti berlari, melompat, meloncat dan gerakan yang lainnya dengan tujuan gerak-gerik mereka itu meskipun tidak beraturan secara sistematis tetapi bermakna atau yang diinginkan tercapai yaitu memfungsikan gerakan motorik kasarnya. Anak-anak terdorong untuk mengangkat, membawa, berjalan atau meloncat, berputar, dan beralih respon untuk irama yang mereka dengar.
Guru harus mampu merespon pola pembelajaran yang dilakukan pada pendidikan anak usia dini. Pemanfaatan model pembelajaran yang mengkolaborasikan antara belajar sambil bermain atau bermain sambil belajar perlu dipikirkan oleh seorang guru secara mendalam. Salah satu model pembelajaran yang berkolaborasi dengan permainan dalam model pembelajaran Scramble. Soeparno (1998:60) menjelaskan bahwa model pembelajaran scramble adalah salah satu permainan bahasa, pada hakikatnya permainan bahasa merupakan suatu aktifitas untuk memperoleh keterampilan tertentu dengan cara menggembirakan.
Penulis sekaligus guru TK Negeri Pembina Kecamatan Taman Kabupaten Pemalang menerapkan model ini pada materi pembelajaran tentang mengenal lingkungan alam. Kelebihan-kelebihan model pembelajaran scramble, Pertama, tidak ada anak atau anggota kelompok yang pasif atau hanya diam. Hal ini dikarenakan setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab untuk keberhasilan kelompoknya. Kedua, model pembelajaran scramble membuat anak lebih kreatif dalam belajar dan berpikir, mempelajari materi secara lebih santai dan tanpa tekanan karena model pembelajaran scramble memungkinkan para anak untuk belajar sambil bermain. Ketiga, model pembelajaran scramble dapat menumbuhkan rasa solidaritas diantara anggota kelompoknya. Keempat, materi yang diberikan menjadi mengesankan dan selalu diingat anak. Kelima, model pembelajaran scramble mendorong anak lebih kompetitif dan semangat untuk lebih maju. Penggunaan model pembelajaran ini sangat dirasakan manfaatnya oleh guru dalam pengelolaan kelas. Guru merasakan menemukan gairah dan semangat anak dalam mengikuti proses pembelajaran, anak nampak nyaman dalam setiap tahap pembelajaran. (*/ton)
Guru TK Negeri Pembina, Kabupaten Pemalang.