29 C
Semarang
Wednesday, 16 April 2025

Belajar Unggah-Ungguh Basa dengan Bernyanyi

Oleh : Hesti Widiarni S.Pd

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, PANDEMI Covid-19 telah mengubah segala aspek kehidupan termasuk dalam bidang pendidikan. Guru dituntut kreatif dan inovatif dalam pembelajaran agar bisa menyampaikan materi dengan mudah dan dapat diterima oleh peserta didik.

Pembelajaran daring menuntut guru, siswa, dan orang tua untuk terlibat langsung dalam proses pembelajaran peserta didik. Dalam pembelajaran bahasa Jawa tentunya diperlukan kreativitas guru untuk dapat mengemas pembelajaran supaya mudah dipahami siswa walaupun disampaikan melalui daring.

Bahasa Jawa dianggap menjadi pembelajaran yang sulit untuk peserta didik, apalagi materi unggah-ungguh basa. Guru dituntut harus mampu mengajarkan unggah-ungguh basa (tata krama dalam berbicara dalam berbahasa Jawa) kepada peserta didik supaya unggah-ungguh dapat terus lestari dan diamalkan.

Melalui bahasa Jawa kita mengenal ngoko, krama, dan krama inggil. Masih dibagi lagi menjadi ngoko lugu, ngoko alus, krama lugu, dan krama alus. Ngoko lugu terdiri atas tembung ngoko. Digunakan untuk berbicara antara teman ke teman, orang yang lebih tua dengan orang yang lebih muda. Ngoko alus terdiri dari tembung ngoko dan krama inggil. Digunakan untuk berbicara antarteman namun saling menghormati. Krama lugu terdiri atas tembung krama. Digunakan untuk berbicara antarorang yang belum kenal dan membahasakan diri sendiri dengan krama. Krama alus terdiri atas tembung krama inggil. Digunakan untuk berbicara antara orang yang lebih muda ke orang yang lebih tua, orang yang mempunyai jabatan lebih tinggi.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan, betapa Jawa sangat mengedepankan unggah-ungguh dalam berbicara. Jawa mengutamakan akhlak dan sopan santun. Tidak mungkin orang yang marah-marah menggunakan bahasa krama alus. Orang Jawa zaman dahulu dikenal sebagai orang yang halus, lembut, ramah, dan sopan.

Belajar Unggah-Ungguh melalui Bernyanyi

Di masa pandemi ini, guru mengemas pembelajaran unggah-ungguh basa dengan video pembelajaran berupa lagu. Lagu ini berupa kosakata ngoko, krama, dan krama inggil yang bisa diterapkan peserta didik kelas 5 dalam berbicara di kehidupan sehari-hari.

Metode bernyanyi merupakan metode pembelajaran yang menggunakan syair-syair yang dilagukan. Biasanya syair-syair tersebut disesuaikan dengan materi yang diajarkan oleh guru. Menurut beberapa ahli, bernyanyi membuat suasana menjadi riang dan bergairah sehingga perkembangan anak dapat distimulasi secara lebih optimal. (Fadhilah, 2012:175).

Peserta didik dapat menyimak materi pembelajaran dan menyimak lagu yang di unggah di channel youtube. Melalui channel ini, peserta didik dapat menghafal kosa kata unggah-ungguh basa melalui nyanyian yang dinyanyikan oleh guru. Berikut lagu yang digunakan guru untuk membedakan penggunaan krama alus/inggil dan krama lugu, dengan nada ‘are you sleeping’.
Bapak tindak kula kesah. Ibu sare kula tilem. Bapak kondur kantrol kula wangsul sekolah. Dhahar nedha. Ngasta beta. Bapak mundhut kula tumbas. Ibu nitih kula numpak. Bapak mirsani bal, kula ningali bal. Dalem griya, Siram adus.

Hasilnya terbukti, setelah menyimak materi unggah-ungguh basa dan menghafal lagu, peserta didik lebih mudah memahami penggunaan unggah-ungguh basa dengan baik. Sebelumnya, peserta didik belum bisa membedakan antara membahasakan diri sendiri dengan krama dan membahasakan krama ketika berbicara dengan orang yang lebih tua. Salah kaprah basa melalui penggunaan lagu ini nyatanya bisa dikurangi dan peserta didik dapat lebih memahami penggunaan basa yang benar ketika berbicara menggunakan basa krama. (bs1/ida)

Guru Bahasa Jawa Kelas 5 SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga.


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya