RADARSEMARANG.COM, Berhasilnya suatu pendidikan dan pengajaran tentunya tidak hanya terbatas pada angka-angka prestasi belajar. Tetapi terkait dengan kemampuan anak didik untuk merefleksikan sikap positif melalui serangkaian aktifitas yang selektif dan efektif.
Guru sebagai pengelola kelas sangat penting. Berhasil atau tidaknya tujuan pencapaian banyak tergantung pada situasi kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan dalam kelas. Keterampilan guru dalam mengajar sangat menentukan ketercapaian pengajaran di sekolah. Keterampilan mengajar adalah sejumlah kompetensi guru yang kinerjanya secara profesional. Untuk itu seorang guru yang bertugas mengajar dan mendidik harus mempunyai keterampilan mengajar yang memadai agar situasi belajar mengajar lancar dan tujuan yang telah direncanakan tercapai. Salah satu keterampilan yang perlu dimiliki seorang guru adalah memilih metode pembelajaran yang tepat.
Dalam menggunakan metode pembelajaran harus sesuai dengan apa yang diharapkan. Yaitu untuk perbaikan dan peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Tematik di MI satu solusinya adalah dilaksanakannya proses pembelajaran yang menerapkan keaktifan siswa, agar siswa lebih tertarik dalam belajar. Pembelajaran yang dimaksud adalah dengan menggunakan metode talking stick.
Metode talking stick merupakan metode pembelajaran interaktif karena menekankan pada keterlibatan aktif siswa selama proses pembelajaran. Pembelajaran dapat dilaksanakan guru dengan berbagai pendekatan. Dengan adanya metode ini pembelajaran akan lebih menarik dan siswa dilatih untuk lebih bertangung jawab. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, guru menggunakan media tongkat sebagai alat bantu dalam pelaksanaan metode talking stick. Dan diharapakan dengan pergantian metode pembelajaran ini hasil belajar siswa akan lebih memuaskan (Kusmariyatni:2014:3).
Talking stick (tongkat berbicara) adalah metode yang pada mulanya digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antarsuku). Tongkat berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku-suku Indian sebagai alat menyimak secara adil dan tidak memihak.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam metode talking stick yang dikembangkan oleh guru di MI Walisongo Logandeng adalah sebagai berikut: membuka pelajaran dengan salam, dilanjutkan absensi. Memberikan apersepsi. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang diharapkan. Guru memberikan penjelasan tentang materi pembelajaran. Memfasilitasi siswa dengan media yang telah disiapkan. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Guru memberikan penjelasan aturan dalam metode talking stick. Guru memberi tongkat dan siswa diberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang telah di berikan secara bergiliran. Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa. Membuat kesimpulan bersama-sama dengan siswa dan memberi penguatan terhadap materi yang telah disampaikan. Menutup pelajaran dan berdoa.
Keuntungan metode talking stick yaitu: meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa. Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktikkan. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, dan agama. Dengan demikian hasil belajar yang didapatkan jadi lebih baik.
Metode talking stick ini jika diterapkan, maka tidak semua siswa yang secara emosional belum terlatih untuk berani mengungkapkan atau berbicara didepan guru maka metode ini kurang sesuai. Karena setiap siswa memiliki kemampuan tingkat menangkap, menalar, dan beradaptasipun berbeda. (ag1/lis)
Guru Kelas MI Walisongo Logandeng, Kabupaten. Pekalongan.