RADARSEMARANG.COM, Pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah secara tiba-tiba harus terhenti karena munculnya Covid 19 secara masif. Semua komponen masyarakat termasuk dunia pendidikan seakan terkejut dengan musibah yang terjadi tidak terkecuali komponen pendidikan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat, yaitu guru. Guru dipaksa untuk mentransformasi diri mengikuti tantangan yang serta merta berada dihadapannya. Perubahan harus sesegera mungkin dilakukan seperti penggunaan media, model, metode, strategi dan sarana prasarana penunjang proses pembelajaran.
Berbagai jenjang pendidikan turut merasakan dampaknya termasuk jenjang pendidikan sekolah dasar atau SD. Proses pembelajaran tingkat sekolah dasar tetap mengikuti kebijakan pemerintah dengan melaksanakan sekolah jarak jauh. Kesulitan pada siswa pun muncul di antaranya dalam pemanfaatan media dan sarana pembelajaran. Siswa dituntut untuk memiliki dan dapat mengoperasikan gadget/ telepon genggam secara cepat. Di samping gadget, siswa pun diupayakan agar selalu aktif dan siap untuk mengikuti pembelajaran yang dilakukan jarak jauh atau dikenal dengan daring sesuai yang telah dijadwalkan.
Permasalahan akhirnya tertumpu pada media pembelajaran, karena media pembelajaran selaras dengan fungsinya. Briggs (1977) dalam Rudi dan Cepi (2008: 6) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan materi pembelajaran seperti buku, film, video, slide, dan sebagainya. Latuheru (1988: 14) turut menjelaskan bahwa media pembelajaran adalah semua alat (bantu) atau benda yang digunakan untuk kegiatan belajar mengajar, dengan maksud menyampaikan pesan (informasi) pembelajarandari sumber (guru maupun sumber lain) kepada penerima (dalam hal ini anak didik atau warga belajar). Media dan model pembelajaran yang dimanfaatkan termasuk media berbasis video converence. Hal itu diharapkan agar siswa masih dapat bertatap muka secara langsung meskipun jarak jauh atau daring.
Akan tetapi tingkat keikutsertaan peserta diidk sangat rendah dikarenakan keterbatasan pengetahuan peserta didik mengenai media yang digunakan, dan minimnya kuota gawai yang dimilikinya. Guru harus mampu menyediakan aplikasi pembelajaran yang dapat menjembatani transfer of knowledge dari guru ke siswa. Aplikasi yang digunakan perlu memperhatikan beberapa aspek penting, yaitu mudah mengaplikasikannya, tidak membutuhkan memori penyimpanan yang lengkap, dapat melakukan komunikasi dua arah sebagai bagian dari pembelajaran dan menyediakan banyak fitur yang menunjang proses pembelajaran. Satu satu aplikasi yang menunjang proses pembelajaran pada jenjang sekolah dasar adalah Whatsapp. WhatsApp adalah aplikasi pengiriman pesan, mengirim gambar, suara dan bahkan video dan lain-lain untuk smartphone. Aplikasi WhatsApp masih menjadi media sosial dan sarana berkomunikasi yang paling populer di kalangan pengguna termasuk masyarakat tingkat sederhana. Bahkan pengguna bisa menelepon via suara dan video dengan aplikasi ini.
Penulis selaku guru SD Negeri Getas Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan turut memanfaatkan aplikasi ini sebagai media pembelajaran di kelas empat materi tentang menghubungkan gaya dengan gerak pada peristiwa di lingkungan sekitar. Kelebihan-kelebihan WhatsApp sebagai media pembelajaran disampaikan oleh Pustikayasa (2019), yaitu WhatsApp dapat membagikan lokasi terkini pengguna, mengirim pesan ke banyak orang (broadcast), tidak menguras kuota terlalu banyak, guru dan siswa dapat berdiskusi dan bertanya jawab dengan lebih rileks, dapat mengetahui yang sudah membaca dan siapa yang tidak aktif. Keunggulan lainnya, guru dapat mengirimkan dokumen, foto, audio ataupun video sebagai materi pembelajaran kepada siswa melalui grup WhatsApp, guru dan siswa dapat melihat dan mengulang materi pembelajaran melalui HP dengan mudah, dan dapat berkomunikasi kapan saja dan di mana saja. (gb1/ton)
Guru SD Negeri Getas Kec.Wonopringgo Kab. Pekalongan.
