34 C
Semarang
Monday, 5 May 2025

Belajar Toleransi dari Permainan Tradisional Anak

Oleh : Pramita Hanggar Kusuma, S.Pd

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) menitikberatkan pada pendidikan dasar termasuk mata pelajaran PPKn. Diukur dari sejauh mana penguasaan dalam mengenal materi-materi PPKn. Banyak peserta didik yang menganggap bahwa mata pelajaran PPKn sebagai bidang pelajaran yang membosankan. Meskipun demikian, peserta didik harus mempelajari sebagai sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Hal ini sesuai dengan pendapat Winataputra, dkk (1997:117-118) PPKn SD adalah mata pelajaran yang berisi ketentuan yang ditekankan pada pengalaman dan pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari yang ditunjang oleh pengetahuan dan pengertian sederhana sebagai bekal untuk mengikuti pendidikan berikutnya.

Seperti halnya membaca, menulis, dan berhitung. Kebiasaan peserta didik dalam belajar PPKn harus diatasi agar mereka senang dalam menerima materi PPKn.

Untuk menarik keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran daring (dalam jaringan) selama masa pandemi ini, maka guru harus menggunakan pembelajaran yang inovatif.

Guru dituntut untuk dapat mempergunakan berbagai metode pembelajaran agar tercipta kondisi belajar yang interaktif, efektif, efisien, dan tentunya menyenangkan bagi peserta didik. Selain itu diperlukan adanya motivasi baik dari dalam diri peserta didik maupun dari guru.

Ketika penulis memberikan mata pelajaran PPKn materi toleransi tema 8 Subtema 1 Manusia dan Lingkungan pada peserta didik kelas VA SDN 2 Campurejo, Boja Kabupaten Kendal untuk mengenal permainan tradisonal yang ada di daerah masing-masing. Toleransi menjadi suatu sikap yang penting untuk dimiliki oleh setiap orang, karena manusia memiliki budaya yang berbeda.
Permainan tradisional, tidak hanya menyajikan keseruan, tetapi juga kaya akan nilai. Keberagaman mengajarkan bagaimana sikap toleran atas perbedaan. Jadi perbedaan bukan sesuatu yang harus didebatkan. Dalam permainan tradisional, peserta didik akan banyak menghabiskan waktu dengan saling berinteraksi (dengan anggota keluarga) dan mengenal nilai budi pekerti yang terkandung dalam permainan.

Penulis menugaskan peserta didik untuk bermain. Misalnya permainan bekel bagi siswa perempuan atau bahkan bisa membuat sendiri permainan ular tangga. Bermain juga dikatakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberikan kesenangan maupun mengembangan imajinasi yang lebih mendominan pada belahan otak kiri anak usia dini (Anggani Sudono, 2005:5). Permainan yang dilakukan peserta didik dapat bereksplorasi untuk memperkuat hal-hal yang sudah diketahui dan menemukan hal-hal baru.
Dengan adanya kegiatan permainan bagi peserta didik tentunya sangat berkesan dan menjadi pengalaman berharga tersendiri walaupun belajar di rumah secara daring. Nilai moral yang terkandung di dalam permainan tradisional mengandung banyak nasihat, seperti permainan ular tangga yakni harus bersabar dan tetap harus berjuang ketika seseorang sudah berada pada posisi yang tinggi suatu saat harus jatuh ke posisi terbawah. Selain itu permainan juga mengajarkan untuk selalu bersabar, lapang dada menerima ketetapan yang ada, bersyukur, dan tidak sombong ketika mendapat keberuntungan menjadi pemenang. (ti2/lis)

Guru SDN 2 Campurejo, Kec. Boja, Kabupaten Kendal


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya