RADARSEMARANG.COM, Pendidikan anak usia dini merupakan bagian dari jenjang pendidikan dasar yang sangat vital peranannya untuk meletakkan pondasi pengetahuan bagi anak didik. Pada jenjang pendidikan usia dini, anak didik akan mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru dan pertama dalam segala aspek pembelajaran. Adaptasi dan pengenalan lingkungan lembaga pendidikan atau sekolah menjadi sebuah pengalaman baru bagi anak didik berada dilingkungan yang belum dikenal.
Pergaulan dengan teman-teman baru juga termasuk ke dalam pengetahuan awal bagi anak didik untuk memulai melakukan interaksi sosial. Anak didik pada awal bergabung dengan sebuah lembaga pendidikan anak usia dini masih memiliki tanggung jawab dan kemadirian serta kedisiplinan yang sangat rendah.
Sifat dan sikap kurang percaya diri, masih sering menangis, kurang disiplin dan beberapa sikap lain yang melekat secara alamiah sebagai seorang anak dibawah umur. Berbagai pengetahuan baru yang akan didapatkan dari sekolah secara tidak langsung melatih anak didik berekspresi dan bertindak secara disiplin dan bertanggung jawab.
Proses pembelajaran pada pendidikan anak usia dini menjadi tantangan tersendiri dan tidak dapat terelakkan bagi seorang guru untuk melakukan pengembangan perilaku dan pembiasaan anak didik. Hal ini sesuai dengan aspek yang dikembangkan dalam pendidikan anak usia dini adalah aspek pengembangan perilaku dan pembiasaan meliputi sosial, emosi, kemandirian, nilai moral dan agama serta pengembangan bahasa, kognitif, seni dan fisik motorik.
Pada proses pengembangan perilaku anak didik, akan lebih mudah dipahami jika anak diberi kesempatan untuk mengalami sendiri maupun menggunakan benda-benda konkret. Tahapan ini anak didik akan belajar menggunakan simbol-simbol dan masih belum dapat berfikir secara sistematis. Proses pembelajaran di pendidikan anak usia dini termasuk Taman Kanak-kanak (TK) dilakukan dengan prinsip belajar melalui bermain. Anak didik akan melakukan secara langsung dalam sebuah lingkungan bermain, sehingga mempunyai pengalaman nyata yang akan membuatnya berpikir.
Anggani Sudono (2010: 1) menjelaskan bahwa bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberikan kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak. Anak usia dini pada hakikatnya suka bermain oleh karena itu dunia anak adalah bermain. Melalui bermain anak dapat bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan objek-objek yang dekat dengannya, sehingga kegiatan bermain tersebut menjadi bermakna.
Guru yang kreatif dan inovatif menganggap ini sebagai peluang dalam mengembangkan kemampuannya di bidang pendidikan terutama pendidikan anak usia dini. Guru professional akan dapat dengan mudah menentukan model pembelajaran yang tepat agar pembelajaran menjadi terarah sesuai dengan tujuan pembelajaran. Pemanfaatan model pembelajaran sangat penting dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Trianto (2007:1) mengungkapkan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas.
Penulis sekaligus guru TK Negeri Pembina Sugihwaras, Kecamatan Pemalang, Kabupaten Pemalang memanfaatkan model pembelajaran untuk memperlancar proses pembelajaran pada pembelajaran materi tentang mengetahui cara hidup sehat. Penulis menggunakan model pembelajaran Round Club atau Keliling Kelompok.
Model Pembelajaran Round Club atau Keliling Kelompok adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkonstruksi konsep. Kelebihan dari model pembelajaran Round Club yaitu adanya tanggung jawab setiap kelompok, adanya pemberian sumbangan ide pada kelompoknya, lebih dari sekadar belajar kelompok. Bisa saling mendengarkan dan mengutarakan pendapat, pandangan, serta hasil pemikiran. Hasil pemikiran beberapa kepala lebih kaya dari pada satu kepala. Dapat membina dan memperkaya emosional. (*)
Guru TK Negeri Pembina Sugihwaras, Kabupaten Pemalang