RADARSEMARANG.COM, ILMU Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) saat ini tumbuh dan berkembang sangat pesat, karena banyak inovasi-inovasi yang dihasilkan. Internet dan gadget yang canggih telah mempermudah seseorang mendapatkan informasi dari manapun dan kapanpun. Ketergantungan manusia terhadap teknologi tergolong sangat tinggi. Karena Hampir di segala aktivitasnya orang dari segala usia, anak-anak sampai dewasa menggunakan teknologi.
Castells (2004) menyatakan bahwa teknologi merupakan suatu perkumpulan alat, aturan dan juga prosedur yang merupakan penerapan dari sebuah pengetahuan ilmiah terhadap sebuah pekerjaan tertentu dalam suatu kondisi yang dapat memungkinkan terjadinya pengulangan.
Fenomena yang banyak terjadi pada saat ini adalah sebagian besar siswa tidak dapat memanfaatkan waktu dengan baik, sering mengulur waktu dengan melakukan kegiatan yang tidak bermanfaat. Sebagian siswa banyak yang menghabiskan waktunya hanya untuk urusan yang menyenangkan seperti suka begadang, jalan-jalan di mall, menonton televisi hingga berjam-jam, kecanduan game online, dan suka menunda waktu pekerjaan (Savitri, 2011).
Menurut Chusna (2017) dampak dari seorang anak yang terlalu banyak bermain smartphone adalah anak tersebut akan lebih emosional dan tidak mau diganggu saat asik bermain game, itu sebabnya anak lebih akan habiskan waktunya untuk bermain smartphone, sehingga anak tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
Mc. Carthy (dalam LaForge, 2008) menyebutkan bahwa prokrastinasi adalah kecenderungan untuk menunda atau menghindari sepenuhnya tanggung jawab, keputusan, atau tugas yang perlu yang perlu dilakukan, dan biasanya baru mulai dikerjakan pada saat terakhir batas pengumpulan tugas.
Diduga perilaku prokrastinasi banyak terjadi pada siswa SMP Negeri 2 Masaran Sragen. Banyak siswa lebih memilih melakukan hal yang menyenangkan seperti bermain smartphone. Banyak guru yang mengeluh karena banyak siswa sering terlambat mengumpulkan tugas, bahkan ada siswa yang tidak pernah mengumpulkan tugas sama sekali. Apabila hal ini tidak segera disikapi maka tak ayal banyak siswa yang memperoleh nilai akademik yang rendah.
Tugas utama seorang siswa adalah belajar, namun tidak semua siswa telah mempunyai pengelolaan belajar yang baik, khususnya dalam kemampuan pribadi yang dapat mengatur diri sendiri belajar mengacu pada proses untuk memfokuskan pikiran, perasaan, dan tindakan secara sistematik sehingga bisa menyelesaikan tugasnya.
Untuk mengatasi permasalahan di atas, penulis berupaya membantu siswa berusaha aktif dan mandiri dalam proses belajar sesuai tujuan yang ingin dicapai dengan strategi self-regulated laerning. Siswa akan selalu memperkirakan waktu yang dibutuhkan dan tepat waktu untuk menyelesaikan tugas. Upaya itu antara lain: Satu. Jangan multitasking dan mengerjakan tugas di pagi hari, karena akan membuat konsisten dan fokus. Dua. Mematikan notifikasi di smartphone, agar tidak ada gangguan dalam mengerjakan tugas. Tiga. Membuat list prioritas tugas, agar terselesaikan dengan tepat waktu. Empat. Tugas dibuat lebih spesifik, agar terlihat sedikit dan mudah. Lima. Jangan sering menunda pekerjaan, karena penundaan suatu aktivitas adalah awal sebuah kegagalan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemajuan Iptek yang pesat dapat mempengaruhi sikap prokrastinasi siswa. Hal ini bisa disikapi dengan strategi self-regulated learning. Maka dianjurkan para pendidik dapat menggunakan strategi ini sebagai alternatif dalam pemecahan sikap prokrastinasi siswa dengan harapan prestasi akademik menjadi optimal dan tidak terjerumus pengaruh negatif dari Iptek yang tumbuh dan berkembang sangat pesat. (kb4/zal)
Guru BK SMPN 2 Masaran, Sragen