RADARSEMARANG.COM, Proses pembelajaran jenjang sekolah dasar adalah bagian dari peletakan dasar pengetahuan siswa ke jenjang berikutnya. Pada proses pembelajaran terkandung inti dari penyampaian pengetahuan dari guru kepada siswanya.. Kendala di berbagai penentu proses pembelajaran masih banyak ditemukan menjadi tantangan tersendiri bagi seorang guru. Guru harus dapat mentransformasi diri dan melakukan perubahan dengan menyajikan proses pembelajaran yang efektif.
Proses pembelajaran dapat disebut efektif apabila kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan oleh seorang guru dapat mencapai tujuannya. Tujuan dari proses pembelajaran di antaranya yaitu siswa dapat meraih target sesuai dengan kriteria pada perencanaan. Proses pembelajaran juga dapat dikatakan efektif jika siswa dapat menyerap materi pelajaran dan mempraktekannya sehingga memperoleh kompetensi dan keterampilan terbaiknya. Salah satu upaya untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif apabila guru dapat menerapkan strategi dan metode pembelajaran yang efektif.
Pemanfaatan model pembelajaran akan mempengaruhi pembelajaran menjadi lebih efektif, meskipun tidak dapat menjadi jaminan bahwa dengan kebervariasian model pembelajaran akan memotivasi siswa. Setidaknya dapat menjadi jaminan tumbuh berkembangnya motivasi dan minat siswa terhadap proses pembelajaran dan dengan kebervariasian menggunakan model itu. Guru benar-benar berusaha secara maksimal untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran yang kooperatif akan meningkatkan minat siswa untuk berpartisipasi secara maksimal.
Saefuddin dan Berdiati (2014: 48) mengungkapkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan sistem belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Ibadullah Malawi dan Ani Kadarwati, (2017: 96) turut menambahkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu kerangka konseptual yang melukiskan prosedur secara sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran tetap menyesuaikan dengan prinsip kebersamaan atau pembelajaran kooperatif. Salah satu model pembelajaran yang menggunakan prinsip pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran Make a Match.
Rukhmana (2010: 30) menjelaskan bahwa model pembelajaran Make a Match merupakan pembelajaran di mana setiap siswa memegang kartu soal atau jawaban dan siswa dituntut untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam menemukan kartu jawaban atau kartu soal yang dipegang pasangannya dengan batas waktu tertentu. Pembelajaran ini membuat siswa berpikir, menumbuhkan semangat kejasama dan memberikan semangat dalam belajar.
Penulis sekaligus guru SDN 2 Ngabean Kecamatan Boja Kabupaten Kendal menerapkan model pembelajaran ini di kelas empat tentang matematika pada kompetensi dasar menjelaskan dan menentukan keliling dan luas daerah persegi, persegipanjang, dan segitiga. Proses pelaksanaan model pembelajaran Make a Match yaitu pertama guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review. Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang. Kemdian, Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (kartu soal atau kartu jawaban). Siswa yang dapat mencocokan kartu nya sebelum batas waktu diberi poin. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya. Pada akhir pembelajaran, guru memberikan bimbingan, penyimpulan serta penguatan terhadap materi dan ditutup dengan doa bersama. (ipa1/ton)
Guru SDN 2 Ngabean Boja, Kabupaten Kendal