31.1 C
Semarang
Saturday, 11 October 2025

Mendalami Salat melalui Think Pair and Share

Oleh : Muyassaroh, S.Pd.I

Artikel Lain

RADARSEMRANG.ID, PROSES pembelajaran di beberapa lembaga pendidikan atau sekolah masih menerapkan Teacher Centered atau berpusat kepada guru sebagai pendidik. Pendidik berada pada piramida teratas dalam prakteknya yaitu yang mengatur segala materi yang disampaikan tanpa andil dan keterlibatan siswa. Penempatan guru sebagai sumber dari segala ilmu pengetahuan di kelas akan memberikan dampak negatif terhadap proses pembelajaran. Kualitas proses pembelajaran akan rendah dan berbanding lurus terhadap rendahnya kualitas hasil belajar siswa.

Guru sebagai pendidik harus mampu memunculkan ide-ide kreatif bahkan kearah inovatif dalam mengatur proses pembelajaran. keterlibatan siswa selama proses pembelajaran sangat penting dan sangat dibutuhkan. Siswa akan merasa dihargai dan dibentuk agar dapat melakukan interaksi sosial dalam kelas. Interaksi itu akan dapat diwujudkan dengan model pembelajaran yang tepat. Guru harus mampu memilih dan memilah model pembelajaran yang sesuai kondisi sekolah dan latar belakang siswa. Trianto (2011: 29) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah salah satu pendekatan yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan procedural yang tersetruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa dalam sebuah kelompok bersama adalah model Cooperative Learning atau pembelajaran kooperatif.

Ngalimun (2017: 330) menegaskan bahwa Cooperative Learning atau pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan pembelajaran menggunakan metode diskusi kelompok yang beranggotakan 4-5 peserta didik heterogen (kemampuan, gender, karakter) untuk bekerja sama saling membantu mengkonstruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Pembelajaran kooperatif yang sederhana dan praktis yang dapat meningkatkan semangat siswa antara lain adalah Think Pair and Share. Melalui model ini siswa secara aktif dapat bekerjasama dan melatih kerja otak secara cepat.

Suyatno (2009: 54) mengatakan bahwa Think Pair and Share atau TPS adalah model pembelajaran kooperatif yang memiliki prosedur ditetapkan secara eksplinsit memberikan waktu lebih banyak kepada siswa untuk memikirkan secara mendalam tentang yang dijelaskan atau dialami (berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain). Kunandar (2009: 367) turut mengungkapkan bahwa tipe think pair share memiliki keuntungan yaitu mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diselengarakan dalam setting kelompok kelas secara keseluruhan.

Penulis sebagai guru PAI kelas tiga di SDN 01 Purworejo Kecamatan Sragi Kabupaten Pekalongan menggunakan model ini pada materi Shalat Kewajibanku. Pada pembelajaran tersebut langkah-langkahnya yaitu guru membuka pembelajaran dengan salam dan meminta siswa untuk berdoa bersama. Kemudian guru menyampaikan materi klasikal, tujuan pembelajaran, kompetensi dasar dan model pembelajaran yang akan digunakan. Guru meminta siswa untuk berfikir tentang materi dan permasalahan yang disampaikan guru. Guru meminta siswa berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya. Berawal dari kegiatan tersebut, Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para murid. Guru mengajak siswa secara bersama untuk membuat kesimpulan tentang materi pembelajaran. Pada akhir pembelajaran guru memberikan penguatan dan evaluasi kecil sebagai umpan balik proses pembelajaran, dan ditutup dengan berdoa bersama. (*/zal)

Guru SDN 01 Purworejo, Kabupaten Pekalongan


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya