RADARSEMARANG.COM, MATEMATIKA merupakan salah satu mata pelajaran yang kurang disukai oleh peserta didik. Ketika di kelas mereka terlihat tidak tertarik dan kurang berkonsentrasi. Peserta didik menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit dimengerti dan sangat membosankan. Hal itu juga terjadi pada peserta didik kelas V di SDN Kwigaran, Kecamatan Kesesi, Kabupaten Pekalongan, termasuk pada materi pecahan. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, guru berusaha menciptakan pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik, yaitu dengan menggunakan pendekatan Problem Based Learning (PBL).
Model pembelajaran PBL mempunyai karakteristik, yaitu mengembangkan pertanyaan atau masalah. Model berbasis masalah merupakan pembelajaran yang menggunakan berbagai kemampuan berpikir dari peserta didik secara individu maupun kelompok serta lingkungan nyata untuk mengatasi permasalahan sehingga bermakna, relevan, dan kontekstual (Tan Onn Seng, 2000). Tujuan PBL untuk meningkatkan kemampuan dalam menerapkan konsep-konsep pada permasalahan baru/nyata, pengintegrasian konsep Higher Order Thinking Skills (HOTS), keinginan dalam belajar, mengarahkan belajar diri sendiri, dan keterampilan (Norman and Schmidt). Dengan model pembelajaran ini, diharapkan siswa akan cepat paham dan lebih bersemangat dalam belajar.
Pada model pembelajaran PBL, guru berperan sebagai guide on the side dari pada sage on the stage. Hal ini menegaskan pentingnya bantuan belajar pada tahap awal pembelajaran. Peserta didik mengidentifikasi apa yang mereka ketahui maupun yang belum berdasarkan informasi dari buku teks atau sumber informasi lainnya. Dengan pembelajaran PBL yang didukung dengan alat peraga dapat menurunkan konsep abstrak agar peserta didik mampu menangkap arti konsep tersebut.
Langkah-langkah pembelajaran PBL yang harus dilakukan guru adalah, guru menyampaikan pokok-pokok materi yang akan dibahas, tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, menyiapkan alat peraga berupa diagram lingkaran nilai pecahan, dan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). Guru menanyakan kepada peserta didik beberapa hal yang telah dilakukan sehari-hari yang berkaitan dengan pecahan. Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 4-5 orang. Masing-masing kelompok menyiapkan alat peraga dari kertas berwarna putih dan merah yang berbentuk lingkaran. Lingkaran dari kertas berwarna putih dibuat menjadi 2, 4, 6, dan 8 bagian disesuaikan dengan soal yang diberikan oleh guru. Lingkaran dari kertas berwarna merah juga dibuat menjadi 2, 4, 6, dan 8 bagian. Kemudian digunting tiap bagian sehingga berbentuk juring-juring lingkaran. Dengan bimbingan guru setiap kelompok bekerja sama untuk menyelesaikan operasi penjumlahan dan pengurangan pecahan yang diberikan oleh guru. Dengan menggunakan alat peraga lingkaran tersebut, setiap kelompok mempraktikkan dan membuktikan. Yakni dengan menggunakan alat peraga lingkaran peserta didik merasa lebih mudah dalam menyelesaian soal penjumlahan dan pengurangan pecahan. Peserta didik kemudian menuliskan hasilnya dalam LKPD yang tersedia. Masing-masing kelompok menyimpulkan dan mempresentasikan hasil kerjanya yang telah dilakukan.
Penerapan model pembelajaran PBL mempunyai kelebihan. Yaitu peserta didik terlibat dalam kegiatan pembelajaran dan mempraktikkannya secara langsung. Melalui pembelajaran model PBL yang didukung dengan media berupa alat peraga pada pembelajaran pecahan menunjukkan hasil yang baik. Peserta didik antusias mengikuti pembelajaran matematika dan merasa lebih mudah memahami materi. Karena terbantu dengan adanya alat peraga. Selain itu, siswa menjadi lebih tanggap terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru dan mampu menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan pecahan. (ce3/ida)
Guru SDN Kwigaran, Kecamatan Kesesi, Kabupaten Pekalongan