RADARSEMARANG.COM, PEMBELAJARAN secara konvensional yang berpusat pada guru (teacher centered) tidak tepat selama Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Karena siswa tidak diberikan kesempatan menemukan atau mengembangkan pengetahuannya melalui proses berpikir sendiri. Akibatnya hasil belajar rendah.
Paradigma seperti ini harus diubah mengingat situasi pembelajaran di masa pandemi Covid-19 harus dilakukan dari rumah baik secara daring (dalam jaringan) maupun luring (luar jaringan). Daring artinya terhubung melalui jejaring komputer, internet, dan sebagainya. Luring artinya terputus dari jejaring komputer dan internet.
Orientasi Belajar dari Rumah (BDR) tak berpusat pada guru (teacher centered), tetapi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Metodologi yang digunakan tidak melulu ekspositori, tetapi partisipatori. Dengan pendekatan yang bukan konseptual tetapi kontesktual.
Maka perlu menerapkan model-model pembelajaran inovatif dan konstruktif saat BDR. Nur (2002) dalam Trianto (2007,2) menyatakan, prinsip teori belajar konstruktivisme adalah guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan di dalam pikirannya. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan ide-idenya sendiri, mengajar siswa menjadi sadar, dan secara sadar pula menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar.
Menurut Trianto (2007, 3) kondisi ini akan meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa. Salah satu bentuk pembelajaran yang menggunakan pendekatan konstruktivisme adalah pembelajaran dengan menggunakan Mind Mapping.
Salah satu karakteristik pelajaran IPS yaitu cenderung pada hafalan. Mudahnya siswa mengingat apa yang dihafalkan dapat berdampak positif pada peningkatan hasil belajar IPS siswa. Model pembelajaran Mind Mapping (peta pikiran) merupakan salah satu model yang dapat membantu siswa dalam mengingat.
Model Mind Mapping merupakan suatu model pembelajaran yang mempelajari konsep atau teknik mengingat sesuatu dengan bantuan mind map (teknik pembelajaran menggunakan peta konsep, pencatatan materi belajar dituangkan dalam bentuk diagram yang memuat simbol, kode, gambar dan warna yang saling berhubungan) sehingga kedua bagian otak manusia dapat digunakan secara maksimal. Adapun langkah-langkah membuat Mind Mapping adalah (Windura, 2008, hal.71-72), membaca keseluruhan materi pelajaran, menemukan ide/gagasan utamanya, membuat pusat pemikiran mind mapping berupa gambar di tengah-tengah kertas, menentukan cabang-cabang utamanya, dapat berupa sub bab atau yang lainnya, mengembangkan masing-masing cabang utama tersebut ke cabang-cabang tingkat berikutnya dengan memasukkan informasi yang sesuai, menggunakan gambar dan warna seindah mungkin, dan memeriksa kembali mind mapping.
Model pembelajaran Mind Mapping merupakan solusi yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran IPS di SMPN 6 Satu Atap Banjarnegara di kelas IX materi Perubahan Sosial Budaya. Karena model Mind Mapping memudahkan siswa untuk mengingat informasi melalui gambar, garis, atau warna yang dibuat secara bervariasi dengan kreativitas masing-masing peserta didik. Tugas guru adalah memberikan instruksi yang jelas serta memberi pemahaman kepada siswa baik tentang materi pembelajaran maupun dalam pembuatan Mind Mapping agar keterlaksanaan penerapan model pembelajaran Mind Mapping berhasil dan hasil belajar siswa meningkat.
Dengan demikian model pembelajaran Mind Mapping solusi tepat untuk digunakan pada pembelajaran IPS kelas IX SMPN 6 Satu Atap Banjarnegara materi Perubahan Sosial Budaya di masa pandemi Covid-19. Ini sangat efektif dan signifikan terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa. (lbs2/ida)
Guru SMPN 6 Satu Atap Kabupaten Banjarnegara