30.9 C
Semarang
Tuesday, 24 June 2025

Metode Kuis Bergambar selalu Asyik selama PJJ

Oleh : Windarti Sri Wahyuni S.Pd

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, PENDIDIKAN merupakan aspek penting bagi suatu bangsa. Melalui pendidikan, terciptalah generasi emas yang dapat memajukan bangsa. Karena pentingnya peran pendidikan, seluruh masyarakat wajib memberikan kemudahan akses pendidikan. Namun dunia pendidikan mengalami tantangan berat, saat ini menghadapi pandemi Covid-19.

Sejak diumumkan pandemi Covid-19 di Indonesia pada awal Maret 2020 lalu, Pemerintah Indonesia langsung mengambil langkah tegas untuk menghentikan seluruh kegiatan masyarakat. Tidak terkecuali kegiatan belajar mengajar di sekolah. Hal tersebut dilakukan untuk meminimalisasi penyebaran virus Covid-19, agar peserta didik tetap dapat merasakan pendidikan. Pemerintah pun menyelenggarakan kegiatan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Tidak mempertemukan langsung antara guru dan murid. Baik pendidik dan peserta didik bertemu dalam teleconference sehingga metode ini menitikberatkan pada pemanfaatan teknologi dan kecepatan internet. Akibatnya, akses pendidikan menjadi terhambat, terutama untuk daerah terpencil yang belum terjamah oleh internet.

Tidak berhenti disitu, kendala lain yang dirasakan dalam pelaksanaan metode PJJ ini mulai bermunculan. Kendala lainnya, seperti tingkat literasi digital yang rendah, kemampuan untuk membeli kuota internet, dan sistem PJJ yang belum kompak. Ditambah dengan adanya dampak pandemi Covid-19, menambah beban sosial dan ekonomi bagi masyarakat. Munculnya kendala tersebut meningkatkan tekanan psikis dan emosional bagi orang tua ketika anaknya mengikuti PJJ. Belum lagi tidak semua orang tua di tanah air ini paham betul cara mendidik anak.

Semua kendala tersebut seolah-olah tergambarkan dari kasus yang terjadi pada pertengahan September 2020 lalu. Media massa ramai memperbincangkan berbagai kasus yang disebabkan orang tua tidak mampu menjadi pendidik. Peserta didik tidak mampu menerima penjelasan dari orang tuanya. Peristiwa ini mengejutkan dunia pendidikan. Model PJJ dinilai kurang efektif.

Dalam PJJ kita kehilangan esensi untuk mendengar langsung dari guru. Suasana yang terbangun dalam ruang kelas secara tatap muka sangat mudah membentuk peserta didik untuk lebih aktif dalam kelas dan menyerap pembelajaran. Sisi lain, pembelajaran tatap muka juga mempermudah peserta didik untuk bertanya dengan gurunya maupun temannya. Peserta didik akan lebih mudah berkoordinasi dengan temannya untuk belajar bersama dan menanyakan tugas. Apalagi mungkin peserta didik ini yang pertama kali merasakan pembelajaran di lingkungan baru.

Selain itu, PJJ dengan menggunakan teleconference bisa membosankan peserta didik karena kesulitan berinteraksi. Peserta didik juga akan mudah teralihkan fokus dengan lingkungan di sekitarnya. Menyikapi hal ini, guru sebagai pendidik, bisa mengembangkan materi pembelajaran yang berpusat pada pemanfaatan teknologi dan internet.

Menunjang hal tersebut, materi pembelajaran yang dibuat harus menarik dan kreatif. Media yang digunakan harus disesuaikan dengan materi yang dipelajari. Untuk itu, salah satu media yang memenuhi kriteria tersebut adalah media gambar atau foto. Media gambar bukan hanya mampu membangkitkan motivasi dan minat siswa, tetapi dapat membantu siswa meningkatkan pemahamannya. Keberadaan media gambar ini dapat berfungsi sebagai alat bantu pembelajaran yang ikut mempengaruhi situasi, kondisi, dan lingkungan belajar dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah diciptakan dan didesain oleh guru.

Kesimpulannya model pembelajaran dengan gambar selalu asyik dan mampu meningkatkan keaktifan dan tanggung jawab siswa melalui bertanya dan menjawab dalam suasana menyenangkan dengan bantuan media gambar berupa foto. (lbs2/ida)

Guru SMPN 4 Satu Atap Bawang, Kabupaten Banjarnegara


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya