RADARSEMARANG.COM, Media pembelajaran sangat membantu guru dalam menyampaikan materi kepada peserta didik. Ini karena media menjadi alat yang tepat untik menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pengajaran (Azhar Arsyad, 2010:3). Media pembelajaran adalah paduan antara bahan dan alat atau perpaduan antara software dan hardware (Sadiman, dkk, 1996:5). Media pembelajaran bisa dipahami sebagai media yang digunakan dalam proses dan tujuan pembelajaran.
Salah satu dari media pembelajaran yang diterapkan penulis adalah Teka-Teki Silang (TTS). Merupakan permainan kata yang biasanya berbentuk serangkaian ruang-ruang kosong berbentuk kotak berwarna hitam dan putih. Siswa kemudian diminta mengisi kotak-kotak putih dengan huruf, membentuk kata atau frasa tertentu, dengan menyelesaikan petunjuk yang mengarah ke jawaban tertentu. Kotak yang berwarna hitam (atau warna lainnya), biasanya digunakan untuk memisahkan kata atau frasa yang berbeda (https://id.wikipedia.org/wiki/Teka-teki_silang).
Pendidikan agama tidak secara langsung membentuk karakter moral manusia. Harus melalui proses dalam keluarga dan sekolah. Pendidikan agama dalam sekolah harus membuat manusia menjadi pribadi bermoral dan bertanggung jawab. Salah satu sumber yang wajib digunakan dalam pendidikan agama adalah kitab suci. Kitab suci dapat memberikan hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan melalui iman kepada Kristus Yesus (2 Timotius 3:15). Paulus juga menegaskan bahwa firman Tuhan bermanfaat untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan, dan mendidik orang dalam kebenaran (ay.16).
Namun faktanya, minat baca Alkitab umat Kristen sangat rendah. Demikian juga yang dialami oleh siswa Kristiani kelas 8 SMPN 1 Ambarawa, Kabupaten Semarang. Mereka hanya membaca kitab suci saat ada pembelajaran agama di sekolah. Itupun karena disuruh oleh gurunya. Keadaan ini, menjadi keprihatinan bagi guru agama. Bagaimana bisa meneladani Yesus dalam kehidupan sehari-hari, kalau tidak tahu tentang Yesus dan ajaran-Nya yang ada di dalam kitab suci?
Namun mengajak siswa untuk tekun membaca kitab suci bukan hal yang mudah. Terutama ketika ada banyak hal lain yang menuntut perhatian siswa. Untuk mengatasi kendala tersebut, guru menerapkan metode pembelajaran dengan mengisi lembaran teka-teki silang (TTS) yang sudah dipersiapkan sebelumnya untuk dikerjakan siswa. Namun untuk mengisinya, siswa dipaksa membaca Kitab Sucinya terlebih dahulu. Ternyata, dengan metode TTS yang bervariasi, siswa merasa senang dan tidak bosan. Sekali waktu, permainan TTS Kitab Suci dilombakan antar siswa. Dengan cara demikian, ternyata siswa termotivasi untuk membaca kitab suci secara teratur. Dengan penerapan metode TTS, mampu membangkitkan gemar membaca Kitab Suci. Siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan akhirnya bisa meningkatkan prestasi belajar. (lbs2/ida)
Guru SMPN 1 Ambarawa, Kabupaten Semarang