RADARSEMARANG.COM, Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) adalah media untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap, mental, emosional, spiritual, dan sosial) serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang (Driyono, 2015:3). Tujuan pembelajaran PJOK akan tercapai apabila pelajaran tersebut diajarkan menggunakan metode, model, dan pendekatan yang sesuai dengan kondisi sekolah yang bersangkutan.
Pembelajaran sebagaimana diungkapkan oleh E. Mulyasa (2013:12) yaitu interaksi pendidik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Untuk itu dibutuhkan metode pembelajaran yang memiliki kesesuaian dengan materi, keadaan siswa, tujuan pembelajaran, dan lingkungan yang mencukupi. Atas dasar tersebut penulis mencoba apakah metode Jigsaw tepat dan sesuai untuk digunakan dalam pembelajaran materi bahaya rokok, minuman keras, dan narkoba di sekolah dasar penulis. Materi ini dipelajari di kelas 5 semester genap dengan kurikulum 2013.
Metode Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronsons (1970). Metode ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan tapi juga siap mengajarkan materi tersebut pada kelompoknya. Pada metode ini keaktifan siswa (student centered) sangat dibutuhkan, dengan dibentuknya kelompok-kelompok kecil beranggotakan 3-5 orang yang terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli.
Penerapan metode tersebut adalah sebagai berikut. Yang pertama kali dilakukan oleh guru adalah dengan mengelompokkan siswa ke dalam kelompok kecil sebanyak materi atau sub bab yang akan di bahas. Selanjutnya, setiap orang dalam tim tersebut di barri materi yang berbeda. Kemudian anggota tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian ataupun sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli setiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang dikuasai dan setiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh. Dilanjutkan dengan tim ahli mempresentasikan hasil diskusinya. Sebelum ditutup, guru memberikan kesimpulan, mengevaluasi, mengapresisasi, dan memberikan tindak lanjut.
Dari penerapan metode Jigsaw sesuai dengan skenario yang telah penulis susun, dan dilaksanakan selama 2 siklus, didapatkan hasil yang cukup menggembirakan. Pada akhir siklus I siswa yang lulus KKM berjumlah 16 siswa atau 50% dengan nilai rata-rata kelas 72, 15. Sedangkan pada akhir siklus II nilai rata-rata meningkat menjadi 81,59 dengan ketuntasan kelas sebesar 81,25% atau sebanyak 26 siswa dari 32 siswa. Hal tersebut tentu saja menggembirakan apabila dibandingkan dengan hasil pra siklus, hanya 8 siswa yang memperoleh nilai di atas KKM atau hanya sekitar 25% dari jumlah siswa dengan rata-rata sebesar 54,75.
Selain dari pada hasil belajar siswa, hasil pengamatan terhadap keaktifan siswa juga mengalami peningkatan yang signifikan. Dari pengamatan yang penulis lakukan dengan menggunakan lembar pengamatan, didapatkan data bahwa pada siklus I keaktifan siswa mencapai 70,47% dan pada siklus II diperoleh 88,25%. Peningkatan keaktifan siswa naik 17,81%. Hal ini terjadi dikarenakan siswa semakin paham dengan metode Jigsaw. Dan juga karena penulis selalu memberikan dorongan kepada siswa, berupa apreasiasi yang setinggi-tingginya kepada siswa yang sudah meahir dalam penerapan motode ini. Dari uraian penulis di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode Jigsaw dapat diterapkan guna meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi bahaya rokok, minuman keras, dan narkoba. (gb1/ton)
Guru PJOK SDN 01 Werdi Kab. Pekalongan