33 C
Semarang
Saturday, 10 May 2025

Panauricon dalam Pembelajaran Speaking di SMPN 2 Susukan

Oleh: Tati Hariati, S.Pd

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Dalam pembelajaran bahasa Inggris, ada dua jenis skill yang dipelajari, yaitu receptive skills yang terdiri dari listening dan reading, serta productive skills yang terdiri dari writing dan speaking. Receptive skills berarti pembelajaran bersifat pasif, sedangkan productive skills pembelajarannya bersifat aktif karena harus menghasilkan sesuatu dalam bentuk tulis ataupun lisan. Bagi pembelajar bahasa, dari keempat skill tersebut, yang paling penting adalah speaking. Seseorang dikatakan berhasil belajar bahasa Inggris apabila ia dapat berkomunikasi secara lisan dengan lancar.

Salah satu strategi yang dapat digunakan dalam pembelajaran speaking adalah Panauricon. Menurut Kelen (2006) Panauricon adalah suatu strategi mengajar dengan cara mengatur peserta didik agar membentuk lingkaran berputar. Strategi ini memberikan banyak kesempatan kepada mereka untuk berlatih (drill) sebanyak jumlah partner yang berbeda.

Di SMPN 2 Susukan, strategi ini digunakan dalam pembelajaran keterampilan berbicara (speaking) dalam teks deskriptif yang terdapat di KD 4.7.2, yaitu menyusun teks deskriptif lisan dan tulis sangat pendek dan sederhana terkait orang, binatang, dan benda dengan memperhatikan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan secara benar dan sesuai konteks.

Penerapan strategi Panauricon dalam pembelajaran speaking di KD ini melalui prosedur berikut ini: pertama, langkah persiapan, guru memberikan pertanyaan berkaitan dengan topik yang akan didiskusikan (misalnya tentang gambar seorang public figure). Guru meminta peserta didik untuk menyebutkan beberapa kata sifat (adjective) yang berkaitan dengan gambar tersebut. Kedua, guru memulai strategy Panauricon dengan menginstruksikan peserta didik agar membentuk formasi dua lingkaran, yakni lingkaran luar dan lingkaran dalam. Setiap peserta didik yang berada di lingkaran dalam harus memiliki pasangan di lingkaran luar. Guru menempatkan diri di tengah-tengah lingkaran. Guru menunjukkan gambar seseorang bernama Mr.Dito. Secara berpasangan peserta didik mulai berlatih melakukan percakapan mengenai topic yang diberikan. Misalnya dengan menanyakan “What does Mr.Dito look like?”, “Mr.Dito is tall and handsome. He is nice person”, dst. Guru mengawasi jalannya pembelajaran serta mengoreksi pertanyaan dan pernyataan peserta didik jika ada yang salah. Setiap peserta didik juga diwajibkan untuk membuat catatan kecil berkaitan dengan pertanyaan dan jawaban dari pasangannya. Ketiga, guru meminta peserta didik untuk berganti pasangan dengan cara membuat roda berputar yaitu peserta didik yang ada di lingkaran dalam bergerak ke kanan satu langkah, sedangkan peserta didik yang ada di lingkaran luar bergerak satu langkah ke kiri. Selanjutnya, guru memberikan gambar public figure yang lain. Kegiatan ini dapat dilakukan secara berulang-ulang, sehingga memberikan banyak kesempatan kepada peserta didik mengasah keterampilan berbicara. Setelah kegiatan ini dianggap cukup (kurang lebih 20 menit), guru meminta peserta didik untuk melaporkan hasil pendeskripsiannya di depan kelas. Guru dan peserta didik yang lain juga dapat mengevaluasi hasil pekerjaan yang dipresentasikan.

Penggunaan Panauricon dalam pembelajaran speaking, khususnya dalam mendeskripsikan sesuatu memberikan beberapa dampak positif, yaitu setiap peserta didik mendapatkan kesempatan yang banyak dan sama dalam mengembangkan keterampilan speakingnya. Mereka dapat berlatih untuk mengekspresikan ide-idenya dengan bebas dan percaya diri bersama teman-temannya. Mereka juga belajar bagaimana melihat hal yang sama dari sudut pandang yang berbeda. Dan hal yang paling berkesan adalah semua peserta didik merasa senang dan menikmati kegiatan ini. (pg2/ton)

Guru Bahasa Inggris di SMPN 2 Susukan


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya