RADARSEMARANG.COM, SEJAK pertengahan Maret 2020, siswa sekolah mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ). Selama hampir satu tahun, siswa kini mengalami rasa bosan. Sebab, metode pembelajaran yang diberikan guru, biasanya itu-itu saja. Padahal, ada banyak metode yang bisa diberikan agar siswa tetap semangat belajar, walaupun tidak harus dengan tatap muka.
Padahal, meski masa pandemi Covid-19, siswa harus tetap semangat. Tetapi, hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi guru dan dunia pendidikan. Strategi menghadirkan pembelajaran inovatif dan menyenangkan dari rumah, salah satunya adalah menerapkan pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang sarat kreativitas dan inovasi. Karena itu, penulis menerapkan model pembelajaran inovatif yaitu Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning/PjBL).
PjBL adalah metoda pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Siswa melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Pembelajaran ini merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata, serta dirancang untuk digunakan pada permasalahan kompleks yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya. Pembelajaran ini dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung siswa dapat melihat berbagai elemen utama sekaligus berbagai prinsip dalam sebuah disiplin yang sedang dikajinya.
Mengingat masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda, maka pembelajaran berbasis proyek memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif.
Kelebihan model pembelajaran berbasis proyek ini yaitu, meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar dan mendorong kemampuan mereka untuk melakukan kegiatan sendiri, meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, siswa menjadi lebih aktif, meningkatkan kolaborasi, serta mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi. Selain itu, dapat memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu. Adapun kelemahan model pembelajaran ini, yaitu memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah, membutuhkan biaya ekstra, banyak peralatan yang harus disediakan dalam pembelajaran.
Untuk mengatasi kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek di atas, maka guru harus dapat mengatasi dengan cara memfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah, membatasi waktu siswa dalam menyelesaikan proyek, meminimalisasi dan menyediakan peralatan yang sederhana yang terdapat di lingkungan sekitar, memilih lokasi penelitian yang mudah dijangkau sehingga tidak membutuhkan banyak waktu dan biaya. Pembelajaran berbasis proyek membantu siswa untuk meningkatkan keterampilan sosial dan meningkatkan antusiasme untuk belajar sehingga mereka lebih banyak terlibat dalam pembelajaran tersebut.
Dengan menerapkan model PjBL ini, hasil tugas-tugas yang dikumpul siswa serta nilai melalui google form, menunjukkan peningkatan signifikan. Bahkan, siswa lebih semangat dan antusias dalam pembelajaran. (pg2/ida)
Guru SMPN 19 Surakarta