RADARSEMARANG.COM, KEKAWATIRAN dan keresahan para orang tua saat anaknya tidak melakukan aktivitas sekolah secara tatap muka, cukup beralasan. Pasalnya, pembelajaran jarak jauh (PJJ) justru menjadikan anak-anak mengalami perubahan perilaku peserta didik. Anak-anak sekarang semakin tidak bisa lepas dari gaway. Sedangkan keberadaan gaway, menjadi candu yang sulit terkontrol.
Tak hanya itu, orang tua juga mengeluh tidak dapat mendampingi anak-anaknya saat PJJ. Ini karena materi pelajaran yang sulit dipahami bagi sebagian orang tua dan peserta didik. Kondisi tersebut diperparah dengan ketidakmampuan handphone terkoneksi dengan internet, data yang limit karena ekonomi orang tua yang terbatas, lokasi tempat tinggal yang menyebabkan sinyal yang tidak stabil, serta kesulitan mengikuti zoom karena hanya bisa memiliki handphone jadul. Ini merupakan PR untuk semua guru dalam menyikapi kondisi peserta didik. Namun pembelajaran harus dapat berlangsung dan tersampaikan tujuan pembelajarannya.
Setiap akhir bulan guru melakukan pemantauan jarak jauh terkait PJJ. Namun persentase keaktifan peserta didik bukannya meningkat, justru mengalami penurunan yang sangat drastis. Sehingga perlu adanya kerjasama dengan wali kelas sebagai penghubung antara guru dan orang tua. Banyaknya tugas yang belum terselesaikan, membuat kendala bagi guru untuk terus maju menyelesaikan materi sesuai rencana pembelajaran yang sudah disusun setiap awal semester.
Saat dikonfirmasikan melalui grub whatsapp (WA) di mata pelajaran bahasa Jawa, banyak peserta didik sulit memahami materi dan banyak orang tua yang kesulitan memajaminya. Karena itu, guru perlu menemukan teknik pembelajaran daring yang membuat peserta didik bersemangat belajar, merasa senang, dan tidak mudah stress. Dengan begitu, materi yang disampaikan bisa diterima dan dipahami dengan baik oleh peserta didik.
Akhirnya guru menerapkan metode TePeMas (Teknik Penyelesaian Masalah) untuk meningkatkan semangat belajar bahasa Jawa kembali. Teknik ini sangat cocok diterapkan untuk melatih peserta didik dalam berargumentasi dengan baik melalui percakapan yang ditulis, kemudian dikirim lewat google classroom. Jenis materi dalam pelajaran bahasa Jawa yang dapat diaplikasikan dengan teknik ini adalah menulis materi cerita rakyat dalam ragam bahasa krama. Teknik ini dilakukan pada kelas 7 SMP Negeri 31 Semarang.
Langkah yang dilakukan guru dalam menerapkan TePeMas meliputi, 1) guru memberikan rekaman video tentang materi cerita rakyat dalam google classroom. 2) Guru meminta peserta didik menulis kembali hasil pengamatan setelah melihat rekaman video tersebut dengan menggunakan ragam bahasa krama. Bisa juga instruksi untuk peserta didik diubah menjadi rekaman video saat peserta didik bercerita dengan bahasa krama. 3) Hasil tulisan atau rekaman video peserta didik berupa cerita rakyat yang sudah beralih bahasa tersebut dikirim dalam google classroom. Dengan begitu, peserta didik dapat berimprovisasi dalam menyusun kata-kata sesuai penangkapan dalam memahami sebuah cerita, dan mengembangkan kerja otak untuk berimajinasi dalam menceritakan kembali cerita tersebut. Dengan ini peserta didik mendapat tantangan baru seperti saat mereka melihat film dan dapat bercerita kembali dengan temannya dengan gaya bahasanya. (ipa1/ida)
Guru Bahasa Jawa SMPN 31 Semarang