28 C
Semarang
Thursday, 19 June 2025

Metode Eskperimen Tingkatkan Kreativitas Peserta Didik selama PJJ

Oleh : Rusmijati S.Pd

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, TAHUN pelajaran baru 2020/2021 keadaan masih dalam kondisi pandemi Covid-19 sampai sekarang. Instruksi Menteri Pendidikan pun menginstruksikan Pembelajan Jarak Jauh (PJJ) atau daring diperpajang. Secara otomatis guru dituntut membuat silabus, RPP berdasarkan kurikulum yang disederhanakan, mengurangi KD pada masing–masing mata pelajaran. Guru dituntut memilih materi yang efisiens dan urgen serta memilih metode yang tepat.

Sebagaimana pendapat Dale (Cone of Experience) oleh Edgar Dale (1946), pembelajaran terbagi menjadi dua, yakni pembelajaran pasif, membaca memberikan andil penguasaan materi dan daya ingat, membaca sebesar 10 persen, mendengar 20 persen, dan melihat 30 persen. Namun pada pembelajaran aktif, seseorang mengatakan, mengajarkan, memparagakan, atau berdikusi dapat memberikan 70 persen pemahaman dan daya ingat terhadap materi yang dikuasai, serta jika aktif mengaplikasikan ilmunya, maka memberikan kontribusi 90 persen daya ingat dan pemahaman pada suatu meteri.
Dengan dasar itulah, penulis mencoba menggunakan metode eksperimen walaupun dalam kondisi pandemi Covid-19 saat ini. Terutama pada materi Pertumbuhan dan Perkembangan pada Tumbuhan di silabus jelas tertera pada KI 4,1 merencanakan dan melaksanakan percobaan tentang pengaruh faktor luar terhadap pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan, melaporkan secara tertulis menggunakan metode penulisan ilmiah yang benar.

Kali ini menggunakan perkecambahan kacang hijau dengan perlakuan yang berbeda. Yaitu membuat Microgreens. Ini selain tidak menyimpang dari KD dan KI, peserta didik mendapat tambahan ilmu dan pengalaman baru yang bermanfaat. Bisa dilaksanakan perorangan secara mandiri di rumah masing-masing. Apalagi alat dan bahan ada di sekitar rumah, tidak harus berkelompok, tidak harus di sekolah.
Langkah–langkah metode eksperimen ini, guru memberikan literasi, video tentang materi faktor–faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Kali pertama menugaskan untuk browsing tentang Microgreens. Kemudian memberikan petunjuk kerja untuk membuat Micogreens. Peserta didik membuat rancangan eksperimen yang akan dilakukan yaitu menentukan alat dan bahan yang akan digunakan, variable dan waktu yang dibutuhkan. Peserta didik bebas memilih atau menggunakan benih tanaman yang cepat tembuh, murah dan mudah didapat misalnya kangkung, sawi, brokoli, kol, bayam, dan lainnya.

Di dalam petunjuk eksperimen, selain mengacu pada metode ilmiah, pada pengambilan data harus mencatat pengaruh faktor luar terhadap pertumbuhan Micogreens misalnya cahaya, media air dsb, serta mendata tipe perkecambahan, berapa waktu yang dibutuhkan, kapan harus dipanen. Kemudian guru memberikan jangka waktu 2 minggu dari persiapan hingga panen karena untuk membuat Micogreens hanya butuh waktu 1 minggu tergantung kondisi benih dan media.Selanjutnya peserta didik melaksanakan eksprimen madiri di rumah masing–masing. Dan sebagai bahan laporan, peserta didik mendokumentasikan kegiatan dari awal sampai akhir (dari benih sampai menjadi Micogreens dan olahannya) dalam bentuk foto.

Setelah satu minggu lebih beberapa siswa telah melaporkan hasil eksperimennya yaitu Micogreens yang sudah tumbuh. Sebagai tambahan untuk menggali krativitasnya, peserta didik wajib mengolah Micogreens hasil eksperimennya menjadi makan atau minuman. Karena telah diketahui bahwa Micogreens ini memiliki kandungan gizi 3 kali lipat dari tanaman dewasa. Setelah batas waktu yang ditentukan habis, ternyata banyak peserta didik yang berhasil, sehingga mengasilkan Micogeerns yang beragam dari berberapa jenis tumbuhan. Beberapa jenis olahan dari Micogreens hasil kreativitas peserta didik ada jus pokcay, jus brokoli, oseng kangkung, pecel, lalapan, salat sayur, agar-agar Micogreens.

Metode eksperimen ini sangat efektif dilaksanakan pada masa pandemi. Terbukti hasil laporan peserta didik kami klas XII MIPA SMAN 1 Bawang sejumlah 211 siswa, yang mengalami kegagalan hanya 8 siswa. Ini berarti 96 persen berhasil dan yang gagal 4 persen. (pg2/ida)

Guru Biologi SMAN 1 Bawang, Kabupaten Banjarnegara


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya