RADARSEMARANG.COM, Ketika pandemi Covid-19 menyebar di seluruh belahan dunia termasuk di Indonesia, seluruh aktivitas yang kita lakukan menjadi terbatasi demi mencegah penyebaran virus korona.
Pemerintah melakukan segala cara agar penyebaran virus ini bisa segera teratasi dan tidak semakin banyak korban. Pemerintah akhirnya memberlakukan bekerja dan belajar dari rumah. Dengan demikian, setiap sektor yang ada, menjalani setiap aktivitas pekerjaan maupun pembelajaran dari rumah termasuk sektor pendidikan.
Pendidikan identik dengan sekolah, dalam keadaan dan kondisi yang seperti sekarang ini, proses belajar dan mengajar harus tetap berjalan seperti hari-hari biasa. Dengan begitu, pembelajaran tidak akan tertinggal. Hanya saja pembelajaran di tengah pandemi seperti ini tidak secara langsung atau bertatap muka. Melainkan Kementerian Pendidikan telah mengeluarkan kebijakan dengan mengubah sistem pembelajaran tatap muka menjadi pembelajaran daring (dalam jaringan/ online). Hingga ada surat edaran yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Direktorat Pendidikan Tinggi No.1 Tahun 2020.
Di sinilah letak peran signifikan seorang kepala sekolah untuk tetap menjalankan kepemimpinannya dengan baik di tengah situasi krisis. Kepala sekolah dituntut menerapkan manajemen krisis. Yaitu proses mempersiapkan dan mengelola situasi darurat atau tidak terduga yang memengaruhi siswa, guru, staf, dan pemangku kepentingan.
Pengertian manajemen menurut Hasibuan (2007:20) adalah serangkaian kegiatan ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya-sumber daya lainnya secara efektif dan efisien untuk suatu tujuan tertentu.
Definisi ini menjelaskan adanya ukuran atau standar yang menggambarkan tingkat keberhasilan seorang manager yaitu efektif, efisien dan proses manajemen akan terjadi apabila seseorang melibatkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi.
Ancaman atau krisis yang sedang dihadapi saat ini tidak sepenuhnya buruk bagi sekolah. Sebaliknya, ia justru bisa memotivasi sekolah untuk menjadi lebih baik di masa depan. Contohnya, banyak sekolah yang pada akhirnya melakukan transformasi digital dengan menggunakan aplikasi berbasis web untuk memudahkan proses pembelajaran, rapat, dan koordinasi manajerial ketika harus bekerja dari rumah. Seperti yang diterapkan di SD Negeri Banyuroto 1 Kabupaten Magelang yang melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ) kepada siswanya dengan menggunakan pembelajaran AKIK (Aktif, Kreatif, Inovatif, dan Komunikatif).
Beberapa langkah yang penulis ambil sebagai kepala sekolah dalam membangun manajemen sekolah dengan pembelajaran AKIK di tengah pandemi Covid-19, yaitu: Aktif menyusun kurikulum darurat Covid-19 dengan membuat peta pengajaran rinci dan akurat tentang sebaran materi yang akan dilaksanakan bersama seluruh guru. Kreatif dalam memfasilitasi pembelajaran daring ataupun luring (melalui pengambilan tugas atau materi dengan drive thru). Inovatif melakukan pelatihan daring secara singkat mengenai platform pembelajaran jarak jauh (PJJ) dengan memanfaatkan guru yang mahir IT.
Melakukan komunikasi multiarah dalam upaya pencegahan penularan wabah Covid-19 (melakukan penyemprotan disinfektan secara terjadwal dan mengajarkan siswa membuat disinfektan sendiri serta menjadi agen pencegahan Covid-19 di rumah masing-masing). Serta memberikan apresiasi kepada guru, siswa, dan orang tua siswa.
Dengan pembelajaran AKIK ini, proses belajar daring ataupun luring di SD Negeri Banyuroto 1 yang mempunyai 301 siswa dan jumlah rombel 12, mampu berjalan dengan baik, lancar, dan efektif di masa pandemi ini. (pm1/lis)
Kepala SD Negeri Banyuroto 1, Kabupaten Magelang