RADARSEMARANG.COM, DUNIA pendidikan berada dalam masa keterpurukan sejak mulai pandemi Covid-19 Maret 2020. Berbagai kebijakan pemerintah digulirkan untuk menghadapi situasi yang terjadi di luar jangkauan manusia. Penyesuaian dilakukan dalam pembelajaran dengan menerapkan protokol kesehatan (prokes).
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) masih mendominasi di semua jenjang sekolah. Meskipun Menteri Pendidikan Nadiem Makariem memberikan kewenangan daerah untuk melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka pada Januari 2021, namun Gubernur Jateng Ganjar Pranowo memutuskan menundanya, mulai satuan pendidikan PAUD hingga Pendidikan Masyarakat (Dikmas). Hal ini dilakukan karena
Tingkat penyebaran Covid-19 di Jateng masih tergolong tinggi.
Guru yang memiliki tugas pokok dan fungsi (tupoksi) utama mengajar, dituntut melakukan inovasi pembelajaran, agar proses belajar mengajar di masa pandemi berlangsung optimal. Meski tidak bisa sempurna karena berbagai kendala yang dihadapi.
Berbagai upaya dilakukan, termasuk memilih model pembelajaran yang variatif dengan memperhatikan kondisi pandemi Covid-19.
SDN Jrebengkembang termasuk sekolah yang berada di wilayah pedesaan. Dengan latar belakang wali murid bermata pencaharian sebagai pembuat batu bata. Untuk melaksanakn PJJ/daring tentunya banyak kendala. Apalagi 50 persen peserta didik tidak mempunyai alat penunjang PJJ berupa HP Android. Bahkan, sebagian lagi masih kurang ahli dalam mengoperasikan berbagai fitur android.
Kepala sekolah beserta dewan guru memutuskan untuk melakukan proses pembelajaran dengan cara luring (luar jaringan). Setiap kelas dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-5 anak yang mempunyai tempat tinggal berdekatan. Seminggu sekali diadakan pertemuan di salah satu rumah peserta didik. Satu kali pertemuan tersebut digunakan untuk membahas materi-materi yang esensial dan sulit dipahami peserta didik jika lewat PJJ, tentunya dengan memperhatikan penerapan prokes.
Untuk meningkatkan hasil pembelajaran terutama mapel matematika, penerapan model pembelajaran tutor sebaya menjadi salah satu pilihan yang pas. Menurut Arjanggi dan Suptihatin (2010), tutor sebaya adalah metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara memberdayakan siswa yang memiliki daya serap tinggi dari kelompok siswa itu sendiri untuk menjadi tutor bagi teman-temannya. Siswa yang menjadi tutor bertugas memberikan materi belajar dan latihan kepada teman-temannya (tutee) yang belum paham terhadap materi atau latihan yang diberikan guru dengan dilandasi aturan yang telah disepakati bersama dalam kelompok tersebut. Dengan demikian, terbangun suasana belajar kelompok yang bersifat kooperatif bukan kompetitif.
Metode pembelajaran tutor sebaya mempunyai banyak kelebihan di tengah pandemi Covid-19. Di tengah kondisi guru yang mempunyai keterbatasan waktu untuk menyampaikan materi. Metode ini dimulai dengan mengundang salah satu perwakilan kelompok yang mempunyai kemampuan pemahaman lebih cepat dari siswa yang lain. Kemudian siswa tersebut menyampaikan materi kepada teman lain di kelompoknya. Pada saat pertemuan luring berikutnya, guru mengobservasi ketercapaian materi yang sudah disampaikan kepada kelompok kecil tersebut, serta melakukan penguatan dan timbal balik.
Tidak ada yang sempurna di dunia ini. Begitupun guru, namun sebisa mungkin untuk melaksanakan tugasnya dengan maksimal walaupun dalam kondisi banyak kendala. Dalam kondisi pandemi seperti ini, guru harus selalu mencoba menemukan cara mengajar sesuai dengan kondisi dan latar belakang peserta didik yang terdiri atas berbagai kalangan. (pg2/ida)
Guru SDN Jrebengkembang, Kecamatan Karangdadap, Kabupaten Pekalongan