RADARSEMARANG.COM, Salah satu kelemahan siswa kelas 7 dalam belajar bahasa Inggris adalah keterampilan berbicara. Selain siswa tidak terbiasa menggunakan bahasa Inggris dalam komunikasi sehari-hari, siswa merasa tidak percaya diri. Siswa malu ketika siswa harus berbicara dengan menggunakan bahasa Inggris di depan siswa lain. Siswa takut diejek oleh siswa lain karena pelafalan yang berbeda dengan bahasa yang siswa gunakan setiap harinya. Di samping rasa tidak percaya diri, siswa kurang termotivasi dalam proses pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru terkesan monoton. Pada keterampilan berbicara, guru terbiasa untuk memberikan tema. Selanjutnya, guru menyuruh siswa untuk berpasangan dengan siswa lain.
Setelah itu, siswa menuliskan kalimat-kalimat dengan menggunakan bahasa Indonesia terlebih dahulu. Lalu, siswa menerjemahkan kalimat-kalimat tersebut ke dalam bahasa Inggris. Hal tersebut akan memakan waktu yang lama. Hambatan-hambatan itu akan mempengaruhi kemampuan siswa dalam keteranpilan berbicara bahasa Inggris. Tujuan pembelajaran pun tidak dapat dilaksanakan dengan baik dan tepat waktu.
Pada materi pembelajaran describing a thing, guru masih menampilkan gambar-gambar dua dimensi. Gambar-gambar tersebut biasanya ditampilkan pada layar proyektor. Siswa terkadang kesulitan melihat secara jelas gambar-gambar yang ditampilkan. Terlebih adanya kendala listrik mati. Dalam materi pembelajaran tersebut alangkah baiknya apabila siswa mengalami pengalaman belajar sendiri. Siswa dapat membawa benda kesukaan atau benda yang bernilai tinggi bagi siswa tersebut. Dengan menggunakan benda-benda itu, siswa akan termotivasi dalam belajar mendiskripsikan benda secara lisan.
Edgar Dale mengklasifikasikan bahwa pengalaman belajar anak bisa didapatkan dari hal yang paling konkret sampai paling abstrak. Ia menambahkan bahwa proses belajar siswa diawali dari pengalaman langsung yang akan memberi kesan paling utuh dan bermakna. Sementara itu, Melchor Bernardo dalam artikelnya yang berjudul 30 Get to Know You Games for Kids memperkenalkan sebuah metode pembelajaran berbasis game, personal artifact.
Adapun langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode ini, pertama, guru meminta siswa untuk membawa artefak milik pribadi siswa. Sebuah artefak yang berharga. Artefak tersebut bisa berupa barang pribadi, seperti kotak musik, boneka, mobil mainan, tas, baju, sepatu, ataupun barang lain.
Kedua, guru menyuruh siswa untuk membentuk kelompok. Kelompok kecil yang terdiri atas tiga sampai empat siswa. Setiap siswa memperlihatkan barang-barang milik pribadi kepada siswa lain dalam satu kelompok.
Ketiga, secara bergiliran, siswa mendiskripsikan artefak milik pribadinya. Siswa dapat menjelaskan kapan artefak itu ia dapatkan. Selain itu, siswa juga dapat menggambarkan tentang ciri fisik artefak dan alasan mengapa artefak tersebut sangat berharga.
Keempat, guru berkeliling untuk membantu siswa apabila siswa mengalami kesulitan. Dengan menerapkan metode pembelajaran ini, siswa akan terlatih untuk berani berbicara di depan siswa lain sehingga rasa percaya diri siswa akan meningkat. Metode pembelajaran ini sudah diterapkan pada siswa kelas 7 semester 2 di SMP Negeri 3 Patebon. Hasil penilaian pada keterampilan berbicara siswa kelas 7 meningkat daripada menggunakan metode pembelajaran sebelumnya. (pg2/lis)
Guru Bahasa Inggris, SMPN 3 Patebon, Kabupaten Kendal