RADARSEMARANG.COM, IPS merupakan mata pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan. Karena IPS pelajaran yang mempelajari berbagai bidang dari sejarah, ekonomi, politik, teknologi dan seterusnya. Oleh sebab itu, harus mempelajari IPS agar dapat digunakan sebagai sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Akan tetapi karena IPS cakupannya luas dan dianggap kalau IPS merupakan pelajaran hapalan.
Berdasarkan latar belakang di atas maka banyak siswa yang merasa bosan kalau belajar IPS. Kebanyakan guru hanya menerangkan saja tanpa melibatkan siswa untum berperan aktif dalam pembelajaran tersebut, apalagi kalau belajar IPS sudah siang maka banyak siswa yang mengantuk. Hal ini juga terjadi di SDN 08 Purwoharjo sehingga membuat penulis berpikir kira-kira metode apa yang cocok untuk belalajr IPS dan siswa tetap bersemangat mengikutinya. Akhirnya timbul ide untuk memaksimalkan potensi siswa dengan melibatkan siswa dalam pembelajaran salah satunya adalah metode bermain peran atau role playing.
Bermain peran atau role palying adalah metode pembelajaran yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang (Mulyono 2012). Dengan metode ini diharapkan siswa mampu berperan aktif dalam setiap materi pembelajaran khususnya untuk materi sejarah berdirinya ASEAN.
Untuk mempersiapkan metode bermain peran atau role playing dibentuk kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 5 siswa dan berperan sebagai wakil menteri luar negeri dari tiap negara peserta KTT Menteri Luar Negeri. Apabila peserta ada yang tidak masuk kelompok karena kurang atau lebih maka siswa yang tidak masuk kelompok berperan sebagai narator yang akan membacakan sejarah berdirinya ASEAN tersebut.
Langkah awal siswa yang telah dibagi beberapa kelompok bersiap untuk melaksanakan bermain peran dan masing-masing siswa telah dibagi perannya sesuai 5 Menteri Luar Negeri yang mengikuti KTT tersebut. Narator membacakan narasinya tentang sejarah berdirinya ASEAN, ketika narator menyebutkan Menteri yang ikut KTT maka secara bersamaan setelah disebutkan siswa yang berperan langsung duduk di bangku yang telah disiapkan. Contoh Menteri Luar Negeri Indonesia Adam Malik maka yang berperan sebagai Adam Malik langsung duduk dan seterusnya sampai kelima Menlu duduk semua.
Pada kegiatan ini siswa seolah-olah sedang melaksanakan KTT Menteri Luar Negeri Negara-negara Asia Tenggara dan merasakan kegiatan tersebut secara nyata. Apalagi kalau narasinya di ditambah dengan gambar atau video tentang pelaksanaan KTT Menlu Asia Tenggara dan di atas meja kelompok juga ada tulisan nama kota tuan rumah yaitu Bangkok, tanggal pelaksanaan KTT Menlu Asia Tenggara dan tanggal berakhirnya sekaligus ditetapkan sebagai tanggal berdirinya ASEAN.
Setelah penulis amati ternyata siswa antusias melaksanakan pembelajaran bermain peran atau role playing tersebut, karena siswa bisa mengapresiasikan dan berkreasi sesuai dengan materi yang disediakan dan tidak harus duduk, diam, dan mendengarkan guru menerangkan saja. Melalui metode bermain peran atau role playing, penulis menyimpulkan bahwa siswa lebih tertarik dan menyukai metode bermain peran atau role playing daripada pembelajaran metode ceramah yang membuat siswa menjadi bosan dan mengantuk di dalam kelas, pembelajaran jadi lebih hidup, siswa dapat berkreasi sendiri, mempunyai keterampilan dan pola pikir lebih luas, dan memiliki kepercayaan diri. (pg2/ton)
Guru SDN 08 Purwoharjo Comal, Kabupaten Pemalang