RADARSEMARANG.COM, SALAH satu kunci keberhasilan dalam proses pembelajaran adalah pemahaman terhadap materi yang diberikan baik melalui mendengar, melihat maupun membaca. Berkaitan dengan membaca serta budaya literasi seperti yang sudah diamanatkan dalam Undang-Undang (UU) nomor 3 tahun 2017 tentang Sistem Perbukuan, pada pasal 4 butir c, mengatakan bahwa tujuan penyelenggaraan sistem perbukuan adalah untuk menumbuhkembangkan budaya literasi seluruh Warga Negara Indonesia (WNI). Menyikapi hal tersebut peran pendidik sangatlah penting menumbuhkembangkan minat membaca peserta didik. Apalagi melihat fakta di lapangan, minat belajar peserta didik amatlah rendah. Mereka lebih tertarik membaca pada konten-konten yang “menarik” pada sosial media (sosmed). Hal ini juga berpengaruh buruk bagi perkembangan mental peserta didik di era sosmed.
Menitikberatkan pada permasalah di atas, maka solusi e-komik sebagai media pembelajaran materi bioteknologi bisa menjadi alternatif jawaban mengalihkan minat baca anak dari sosmed dan lebih terfokus pada topik yang mendidik serta membatasi ruang gerak penggunaan gadget. Sebab penggunaan gadget dalam kurun waktu yang lama bisa berdampak bagi pertumbuhan fisik peserta didik. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian dilakukan oleh F Fatimah dan A Widiyatmoko tahun 2014 dengan judul “Pengembangan Science Comic Berbasis Problem Learning sebagai Media Pembelajaran pada Tema Bunyi dan Pendengaran Untuk Siswa SMP”. Dengan hasil penelitian bahwa penilaian pakar terhadap science comic berbasis Problem Based Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) memperoleh kriteria sangat layak dengan persentase penilaian pakar media sebesar 95,83 persen, pakar materi sebesar 95,37 persen, dan pakar bahasa sebesar 99,07 persen. Hasil belajar siswa meningkat dengan kategori sedang dengan nilai N-gain sebesar 0,62. Selain itu, kemampuan berpikir siswa juga mengalami peningkatan yang signifikan berdasarkan perhitungan t test dengan nilai t hitung > t tabel (22,4>1,68).
E-komik tidak lepas dari pengertian komik itu sendiri. Beberapa ahli mencoba merumuskan pengertian dari komik. Menurut McCloud (2002) komik adalah kumpulan gambar yang berfungsi untuk menyampaikan informasi atau menghasilkan respon estetik bagi yang melihat. Sedangkan menurut Hurloock (1978), komik merupakan media yang dapat digunakan untuk meningkatkan dan mengembangkan kepribadian anak. Franz & Meier (1994) juga memberikan definisi komik yaitu suatu cerita yang bertekanan pada gerak dan tindakan yang ditampilkan lewat urutan gambar yang dibuat secara khas dengan paduan kata-kata.
Dapat disimpulkan bahwa komik merupakan media cerita bergambar yang dapat mengembangkan kepribadian anak. Dari definisi di atas, menunjukkan bahwa komik dapat menjadi media pembelajaran yang menarik dan mampu meningkatkan minat belajar siswa. (pgi2/ida)
Guru IPA SMPN 1 Taman, Kabupaten Pemalang