RADARSEMARANG.COM, Dengan adanya pandemi Covid-19 semua sektor menerima dampaknya. Terutama sektor pendidikan yang harus berjalan terus walaupun kendala selalu ada. Bagaimana tidak, sementara siswa tidak bisa belajar di sekolah seperti biasa dalam kegiatan belajar mengajar, padahal kegiatan belajar mengajar harus terus berjalan. Sehingga digunakanlah sistem belajar jarak jauh dimana siswa dapat belajar dari rumah melalui berbagai aplikasi. Misal menggunakan Zoom, Google Clasroom,WhatsApp group.
Dengan keadaan ini para siswa dipaksa untuk mengerti dengan bimbingan jarak jauh. Namun ada sebagian siswa yang karena kendala kurang mampunya keluarga untuk memfasilitasi kegiatan belajar yaitu belum punya HP. Maka dari itu penulis melakukan kegiatan problem solving untuk mengatasi kesulitan tersebut.
Problem solving menurut Evans (1994), adalah sebagai aktivitas yang dihubungkan dengan penyelesaian sebuah cara yang cocok untuk tindakan dan mengubah suasana sekarang menjadi suasana yang dibutuhkan. Artinya dalam setiap tahapan penyelesaian masalah, dibutuhkan sebuah filter dalam menentukan cara yang baik untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Dengan menyaring berbagai persoalan yang ada, seseorang akan dengan mudah dalam melakukan sebuah proses problem solving dari berbagai masalah yang dihadapinya.
Pemecahan masalah menurut Robert W Balley (1999:116) merupakan suatu kegiatan yang komplek. Pemecahan masalah adalah usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan untuk mencapai tujuan yang tidak dengan segera dapat dicapai dan berhubungan erat dengan proses pemikiran pembelajaran, memori, transfer, persepsi, serta motivasi (Evans :1994).
Pemecahan masalah adalah suatu proses terencana yang perlu dilaksanakan agar memperolah penyelesaian tertentu dari sebuah masalah yang mungkin tidak dapat dengan segera (Saad & Ghani, 2008:120).
Penulis mendatangi siswa untuk memberikan bimbingan khusus agar siswa yang belum mengerti dengan materi pembelajaran dapat mengejar ketinggalan dan sekaligus paham dengan pembelajaran yang diberikan guru. Penulis mendatangi siswa satu minggu tiga kali, agar siswa lebih aktif untuk belajar dan memahami kesuliatan belajar.
Kesimpulannya dengan adanya kegiatan problem solving di SDN 1 Cipawon terutama siswa kelas dua, kesulitan siswa dapat teratasi dan pada akhirnya siswa paham dan mengerti pentingnya belajar. Siswa lebih bersemangat dan termotivasi untuk selalu belajar dan membaca materi. Menggali pengetahuan yang ada pada buku. Dengan adanya bimbingan dari guru yang tadinya sulit diajak belajar membaca akhirnya tergugah atau termotivasi untuk belajar membaca materi yang telah diberikan guru. (btj2.2/lis)
Guru SDN 1 Cipawon, Kec. Bukateja, Kabupaten Purbalingga