RADARSEMARANG.COM, KEHADIRAN wabah Covid-19 sangat berdampat pada dunia pendidikan, sejak pemerintah mengeluarkan Kebijakan pada hari Senin tanggal 16 Maret 2020 yang mengharuskan kegiatan pembelajaran tanpa tatap muka. Pembelajaran model ini menuntut guru agar membuat suatu inovasi pembelajaran dengan media jaringan (online) yang membutuhkan suatu suatu alat yang berupa Hp ataupun Laptop. Kebijakan ini diperkuat dengan adanya surat Edaran No. 4 tahun 2020 dari Menteri Pendidikan dan kebudayaan Republikk Indonesia tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (Covid -19). Saya pun akhirnya menerapkan kegiatan pembelajaran daring pada anak didik saya di SD Negeri Podosari Kecamatan Ceipring Kabupaten Kendal.
Untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan saya mencoba melakukan inovasi pebelajaran melaui media online. Mulai dari siswa mengamati lingkungan mereka, menyaksikan video, proyek kerja dan yang lainnya. Awalnya mereka semangat tetapi karena lamanya kegiatan belajar secara daring muncul kebosanan pada mereka. Terutama saat mereka mendapat tugas melakukan literasi baca dan tulis. Mereka lebih memilih kegiatan yang cepat dan tidak banyak menulis. Hal ini berdampak menurunnya kemampuan anak dalam memahami materi yang harus mereka kuasai.
Menumbuhkan literasi baca dan menulis pada seseorang memang tidak mudah. Kesadaran tersebut harus dimulai dari diri pembaca sendiri untuk selalu menumbuhkan semangat membaca dan manulis. Dalam proses membaca seseorang akan mengalami berfikir untuk memahami ide dan gagasan secara luas (divergen thingking). Proses membaca ini sangat terkait hubungannya dengan dengan faktor pengembangan berfikir, berdasarkan pengalaman yang mendasarinya. Menurut Sayuti (200:7) menyatakan “aktivitas menulis apapun jodohnya adalah membaca”. Menulis dan membaca saling berkaitan erat karena menulis ini membutuhkan wawasan dan pengetahuan yang memadai. Ketika menulis, siswa diharapkan mempunyai wawasan dan gagasan yang luas. Gagasan-gagasan tersebut dapat diperoleh dari hasil membaca pengamatan, dan diskusi.
Permasalahan inilah yang terjadi pada siswa kelas VI SD Negeri Podosari, hal ini membuat saya dan sebagai guru yang mengampu mereka, mencoba mencari solusi agar siswa yang saya ampu dapat menjadi siswa yang senang membaca dan menulis. Literasi membaca sebenarnya sudah saya biasakan pada siswa, dengan melakukan 15 menit sebelum pembelajaran. Mereka bisa mengirimkan bukti telah melakukan literasi dengan mengirimkan foto saat membaca. Atau mengirimkan foto bukti tanda tangan orang tua kalau sudah membaca. Tetapi karena pembelajaran jarak jauh, jadi banyak anak yang hanya mengirimkan gambar saat membaca saja, tetapi mereka hanya membaca sebagian atau kadang tidak melaksanakan.
Akhirnya saya mencoba menggunakan metode “badu latu” yang artinya baca dulu baru tulis. Metode ini sederhana tetapi mampu memaksa mereka untuk melakukan kegiatan baca dan tulis. Langkah metode ini adalah sebagai berikut: guru meberikan bacaan pada siswa, siswa membaca bacaan yang diberikan guru. Setelah membaca siswa menuliskan isi bacaan pada kertas yang telah mereka susun seperti buku menggunakan bahasa mereka. Setelah beberapa hari buku tersebut akan penuh tulisan mereka. Hasilnya dari kegiatan ini adalah berupa buku karangan mereka. Buku yang mereka buat dikemas menarik dengan hiasan sesuai kreatifitas siswa agar terlihat indah dan menarik. Dan buku ini menjadi tugas proyek mereka, sehingga siswa harus mengumpulkan semua. Alkhamdulillah orang tua mendukung metode ini sehingga langkah ini bisa berjalan dengan lancar.
Dengan metode yang saya lakukan ternyata membuahkan hasil. Mereka akhirnya semangat untuk membaca dan menulis buku. Buku tersebut memang belum sempurna, tetapi mereka puas dengan karya mereka. Mereka akan merasa lebih bangga lagi ketika guru mengirimkan foto buku mereka terpajang di perpustakaan sekolah.
Semoga metode yang saya gunakan ini bisa bermanfaat untuk anak didik saya pada khususnya dan teman-teman pengajar lain pada umumnya, agar kita mampu mencetak genarasi yang gemar membaca dan menulis, dengan begitu mereka akan menjadi generasi yang mampu berfikir kritis dan berkarakter. (pg1/zal)
Guru SDN Podosari, Kendal