RADARSEMARANG.COM, PERKEMBANGAN siswa yang perlu diperhatikan adalah pendidikan bahasa dan ketertarikan dalam dunia literasi. Pendidikan literasi merupakan salah satu aspek penting yang harus diterapkan di sekolah guna memupuk minat dan bakat dalam diri peserta didik sejak usia dini.
Literasi merupakan salah satu aktivitas penting dalam hidup. Sebagian besar proses pendidikan bergantung pada kemampuan dan kesadaran literasi. Budaya literasi yang tertanam dalam diri peserta didik mempengaruhi tingkat keberhasilan dan kemampuan peserta didik untuk memahami informasi secara analitis, kritis, dan reflektif.
Upaya membangun budaya literasi didukung oleh pemerintah dalam Permendikbud nomor 23 tahun 2015 yang berisi bahwa penumbuhan budi pekerti, pusat pembinaan, badan pengembangan dan pembinaan bahasa (Badan Bahasa), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mempunyai program unggulan bernama Gerakan Literasi Bangsa (GLB) yang bertujuan menumbuhkan budi pekerti anak melalui budaya literasi (membaca dan menulis).
Ironisnya, budaya literasi di kalangan peserta didik SD masih awal. Anak-anak lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menonton TV daripada membaca buku (Gerakan Literasi Sekolah: 2014). Hasil observasi di beberapa SD baik negeri maupun swasta pada tahun 2017 menunjukkan bahwa masalah-masalah yang ditemukan dalam pembelajaran literasi meliputi siswa SD kelas awal belum mampu membaca dan menulis dengan baik dan benar. Siswa belum dapat menceritakan kembali apa yang dibacakan sebelumnya.
Jika ada siswa yang dapat menceritakan kembali, ceritanya belum runtut, dan siswa kurang tertarik membaca teks yang disajikan dalam buku. Apabila budaya literasi tidak dibangun sejak usia SD kelas awal, maka masa depan anak-anak di abad 21 akan terancam. Mereka akan mengalami kesulitan dalam menjalani kehidupan di abad teknologi infornasi dikarenakan mereka kurang kompetitif, kurang ilmu pengetahun dan teknologi, karena rendahnya kemampuan baca tulis.
Pembelajaran literasi harus dilakukan dalam kondisi yang menyenangkan dan bermakna bagi diri siswa. Jika diajarkan dalam kondisi paksaan, maka siswa akan merasa takut dan tertekan. Pembelajaran yang bermakna dapat tercapai ketika yang telah dipelajari, siswa dapat digunakan dalam kehidupannya baik dalam menjalani kehidupan di lingkungan masyarakat maupun untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Selanjutnya, rancangan pembelajaran literasi yang perlu disusun serta disiapkan guru harus sesuai dengan kondisi dan perkembangan siswa kelas awal agar pembelajaran yang dilakukan benar-benar berguna dan bermanfaat bagi siswa. Pembelajaran literasi yang menyenangkan dapat diupayakan melalui media dan sumber belajar yang menarik.
Dalam pembelajaran dengan menggunakan media juga dapat disisipi dengan transfer of value, sehingga media pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Salah satu solusi mengatasi rendahnya minat dan kemampuan membaca adalah menyediakan buku yang menarik. Pop up book merupakan salah satu buku yang menarik dan solusi tepat dalam pembelajaran literasi bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Dalam pembelajaran literasi dengan pop up book, siswa akan dihadapkan dengan aktivitas cerita yang menarik, menyenangkan, dan bermakna. Siswa akan menemukan halaman buku dalam bentuk tiga dimensi yang dapat digerakkan dengan visualisasi cerita yang menarik sehingga tidak membosankan.
Pembelajaran dalam setiap mata pelajaran terkait dengan kompetensi universal dan konteks yang harus memacu siswa untuk memiliki keterampilan berpikir dari yang sederhana menuju berpikir tingkat tinggi. Kegiatan pembelajaran tersebut tidak dapat sekaligus dilaksanakan, tetapi sedikit demi sedikit melalui perkembangan dari LOTS menuju HOTS. Pada akhirnya HOTS menjadi karakter dari peserta didik. Melalui pembelajaran tersebut pada akhirnya dapat mengahasilkan lulusan yang berkarakter, kompeten untuk siap menghadapi tantangan Abad 21. (bw2/ida)
Guru SDN 1 Wonosari