RADARSEMARANG.COM, Belajar IPS berarti kita belajar mata pelajaran yang kompleks dengan cakupan materi yang luas. Asumsi kita selama ini IPS merupakan mata pelajaran hafalan yang tentu butuh waktu untuk mempelajarinya. Hal ini membuat siswa malas apalagi bagi mereka yang kurang tertarik dalam membaca.
Pola mengajar yang monoton dan terpusat pada aktifitas guru juga menjadi faktor penyebab siswa menjadi kurang tertarik dan kurang antusias mengikuti pembelajaran IPS. Hal ini akan berdampak pada tingkat ketuntasan belajar siswa SMPN 2 Suruh yang rendah. Agar proses pembelajaran IPS materi “ Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial“ dapat lebih efektif, maka penulis menggunakan model pembelajaran picture and picture. Picture and picture merupakan strategi pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran (Suprijono, dalam Huda 2014: 236), model pembelajaran ini cocok untuk menerangkan materi Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial. Karena dapat memfasilitasi siswa untuk aktif belajar.
Pembelajaran ini memiliki ciri aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Dengan menggunakan media gambar, diharapkan siswa mampu mengikuti pembelajaran secara lebih fokus dan menyenangkan.
Sehingga pesan yang ingin disampaikan bisa diterima dengan baik dan dapat selalu diingat serta memberi kesan mendalam bagi siswa. Model pembelajaran picture and picture memiliki beberapa kelebihan. Yakni guru dapat mengetahui kemampuan masing-masing siswanya. Siswa dilatih berfikir sistematis dan berlogika, model pembelajaran picture and picture membantu siswa untuk berfikir berdasarkan sudut pandang pada suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan kepada siswa untuk menerapkan apa yang mereka pikirkan dalam gambar.
Dalam model pembelajaran ini siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas, walau terkadang sedikit mengalami kendala yang muncul yakni memerlukan waktu yang lama dalam pembelajarannya. Namun penulis rasa ini bukanlah merupakan kendala yang berarti. Tahapan-tahapan dalam pembelajaran model picture and picture dengan materi bentuk-bentuk interaksi sosial. Yakni guru menyampaikan kompetensi dasar yang diharapkan akan dicapai siswa setelah pembelajaran selesai. Yaitu siswa mampu mengidentifikasi bentuk-bentuk interaksi sosial asosiatif dan bentuk-bentuk interaksi sosial disosiatif.
Guru mempresentasikan materi untuk membangun suasana belajar siswa dengan cara memberikan contoh-contoh interaksi sosial asosiatif dan disosiatif yang ada di masyarakat serta meminta siswa untuk menyebutkan interaksi sosial baik asosiatif maupun disosiatif yang pernah dilakukan siswa.
Guru menyajikan gambar sesuai urutan materi, yaitu dengan menayangkan gambar-gambar interaksi sosial asosiatif (kerja sama, akomodasi, akulturasi, dan asimilasi) serta interaksi sosial disosiatif (persaingan, kontravensi, dan pertentangan). Siswa melakukan pengamatan, dilanjutkan pemasangan gambar, yang dilakukan dengan cara: guru memanggil siswa secara acak untuk memasangkan gambar. Lalu penjajakan, yang dilakukan dengan cara: guru meminta siswa untuk memberikan alasan atas gambar yang disusun. Penyajian kompetensi dari penjajakan yang telah dilaksanakan, guru menjelaskan materi lebih lanjut berdasarkan komptensi dasar yang ingin dicapai. Refleksi guru dengan siswa terkait dengan pembelajaran yang telah dilakukan. Dari sini muncul pengalaman belajar yaitu melalui pembelajaran picture and picture, ternyata siswa lebih mudah memahami materi tentang Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial. Terbukti dengan hasil belajar siswa yang bisa mencapai ketuntasan lebih dari 85 persen.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model picture and pincture dapat meningkatkan motivasi, dan semangat belajar siswa yang pada akhirnya dapat mencapai tingkat ketuntasan yang cukup tinggi. (bw2/lis)
Guru SMP Negeri 2 Suruh, Kabupaten Semarang