RADARSEMARANG.COM, MENULIS merupakan salah satu keterampilan berbahasa di antara tiga keterampilan berbahasa lainnya. Yakni keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, dan keterampilan membaca. Keempat keterampilan ini terdapat dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah. Keterampilan menulis terdiri atas berbagai jenis tulisan, baik keterampilan menulis sastra maupun nonsastra. Salah satu jenis keterampilan menulis sastra tesebut sesuai dengan kompetensi dasar pada silabus mata pelajaran bahasa Indonesia, yaitu menulis naskah drama/teks drama.
Menulis naskah drama tentu bukanlah hal yang mudah. Terlebih penulis naskah merupakan peserta didik yang duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sukino (2010:6) menyatakan bahwa kesukaran dalam menulis disebabkan mengomunikasikan ide dengan bahasa tulis tidak semudah mengomunikasikan ide dengan bahasa lisan. Selain itu, kesulitan yang ada ialah sukar menemukan ide atau bingung harus memulai tulisan dari mana kalaupun sudah menemukan ide atau memulai tulisan, tidak jarang mengalami pemberhentian di tengah jalan. Hasilnya tulisan menggantung atau tidak tuntas. Oleh sebab itu, pemilihan media pembelajaran diperlukan untuk membantu proses kreatif peserta didik tersebut untuk mengembangkan ide ceritanya.
Berdasarkan fenomena ini, penulis tertarik menggunakan media komik kosongan pada materi menulis naskah drama ini untuk mengembangkan ide cerita peserta didik. Media komik kosongan dengan berbagai genre bisa didapatkan dari internet, dan kita tinggal pilih. Tentu saja kita pilih komik dengan gambar yang santun dan sesuai usia anak untuk pembelajaran. Tak menutup kemungkinan, bila sang pengajar mempunyai kelebihan melukis, ia bisa membuat gambar komik kosongan sendiri untuk pembelajaran.
Gambar komik kosongan akan merangsang dan memberi daya imajinasi kepada siswa untuk menuangkan ide-ide/gagasan lewat dialog tokoh-tokohnya. Siswa akan berekspresi dan berkreasi lewat gambar tokoh-tokohnya. Mereka akan merangkai dialog-dialog yang diucapkan oleh tokoh-tokoh dalam komik kosongan tersebut menjadi sebuah cerita komik yang utuh.
Langkah berikutnya, siswa akan mengubah komik utuh tersebut menjadi bentuk narasi teks drama. Narasi teks drama berbentuk dialog, lengkap dengan nama-nama tokoh dan petunjuk gerakan pemainnya diselesaikan terlebih dahulu. Baru kemudian siswa akan menyelesaikannya dengan melengkapi prolog dan epilog. Seperti diketahui bersama, bahwa teks drama sederhana terdiri atas prolog (pengantar cerita), dialog (percakapan antar tokoh), dan epilog (penutup cerita). Namun, tidak semua teks drama harus terdiri atas tiga bagian tersebut.
Cerita dalam teks drama/naskah drama dapat juga dibagi menjadi beberapa adegan. Setiap adegan menceritakan sesuatu yang berbeda dengan adegan yang lain, baik itu isi cerita, tokoh maupun latar/setting-nya. Namun, penggalan-penggalan cerita ini mendukung satu tema cerita yang utuh.
Demikian penggunaan media komik kosongan ini, kiranya dapat bermanfaat bagi siswa untuk memudahkan menuangkan ide-ide, untuk berekspresi dan berkreasi mengembangkan imajinasinya yang dituangkan dalam dialog-dialog yang dikemas dalam karya berbentuk teks drama. Sedangkan bagi guru, akan lebih mudah menyampaikan materi pembelajaran ini kepada siswa. (kb4/ida)
Guru Bahasa Indonesia SMPN 3 Demak