RADARSEMARNG.ID, MASIH terdapat kegiatan belajar PAI dan Budi Pekerti di SMP Negeri 3 Kedungwuni yang bersifat teacer centered dimana siswa hanya duduk dan diam, mendengarkan materi, serta mengerjakan latihan soal dengan bimbingan guru. Kegiatan pembelajaran seperti ini menyebabkan siswa mengalami kejenuhan, sehingga kurang memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru. Situasi belajar yang monoton tanpa melibatkan keaktifan dan kekreativitasan siswa akan membuat siswa menjadi pasif. Oleh sebab itu dalam proses pembelajaran di sekolahan dibutuhkan kreativitas dan keaktifan seorang pengajar dalam membuat strategi belajar siswa khususnya mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti.
Demi meningkatkan prestasi belajar yang baik pada materi Tata Krama, Sopan Santun, Dan Rasa Malu dan menciptakan proses belajar mengajar yang kondusif seorang guru dituntut untuk menggunakan berbagai metode yang menarik. Salah satu metode yang menarik dalam proses belajar mengajar adalah metode pembelajaran group investigation. Group Investigation adalah kelompok kecil untuk menuntun dan mendorong siswa dalam keterlibatan belajar.
Pembelajaran Group Investigation (kelompok investigasi) merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Dalam model ini perlu partisipasi antar anggota kelompok untuk mencari bahan- bahan materi dari berbagai sumber, seperti Al-Qur’an, buku, internet, dan sebagainya. Guru hanya menjadi fasilitator bagi setiap kelompok. Selama ini model pembelajaran tersebut belum pernah di teliti keefektifannya. Pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran. Di samping menunjukkan semangat belajar yang besar, dan rasa percaya diri sendiri. Berdasarkan hal tersebut, upaya guru mengembangkan keaktifan belajar siswa menjadi penentu bagi keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan.
Oleh karena itu penulis memilih untuk menerapkan metode pembelajaran group investigation tersebut, dimana pembelajaran ini melatih siswa untuk belajar sendiri serta bekerjasama dengan orang lain. Sehingga mendorong siswa untuk berkarakter dalam pembelajaran, meningkatkan interaksi dan kerjasama diantara siswa, meningkatkan hasil belajar, serta meningkatkan komunikasi dengan sesama siswa dan interaksi dengan guru.
Guru menyediakan sumber dan fasilitator. Guru memutar diantara kelompok-kelompok memperhatikan siswa mengatur pekerjaan dan membantu siswa mengatur pekerjaannya dan membantu jika siswa menemukan kesulitan dalam interaksi kelompok. Guru yang menggunakan model kooperatif group investigation (GI) umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 sampai 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen, (Trianto, 2007:59). Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan mempresentasikan laporannya di depan kelas. Setelah siswa mempresentasikan hasil olah masing-masing kelompok. Pada tahap ini diharapkan terjadi intersubjektif dan objektivitas pengetahuan yang telah dibangun oleh suatu kelompok. Berbagai prespektif diharapkan dapat dikembangkan oleh seluruh kelas atau hasil yang dipresentasikan oleh suatu kelompok. Seyogianya diakhir pembelajaran dilakukan evaluasi dapat memasukkan assesment individual atau kelompok.
Simpulannya bahwa Group Invetigation memiliki keunggulan yaitu model ini menambah peserta didik untuk lebih berperan aktif dalam melakukan kegiatan belajar mengajar karena mereka dilihatkan secara langsung untuk memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi, membantu peserta didik untuk lebih peka melihat permasalahn sehingga hasil belajarpun lebih meningkat. (pg2/zal)
Guru SMPN 3 Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan