RADARSEMARANG.COM, PEMBELAJARAN IPS memberikan peran yang strategis dalam dunia pendidikan, salah satunya memberikan wawasan yang utuh mengenai konsep konektivitas ruang dan waktu beserta aktivitas sosial. Ghofir dan Utami (2015, h.98) menjelaskan materi pada pembelajaran IPS dirancang secara terpadu yang merupakan satu kesatuan dari berbagai disiplin ilmu sosial seperti geografi, sejarah, ekonomi, sosiologi, dan antropologi.
Guru harus memiliki kemampuan memilih model, metode, atau pendekatan pembelajaran yang tepat, mengingat pembelajaran IPS merupakan pembelajaran yang diterapkan secara terpadu. Selain itu, dalam proses pembelajaran, partisipasi aktif dari siswa sangat diperlukan. Rasa ingin tahu pada pengetahuan akan mendorong aktivitas belajar siswa. Pengetahuan tersebut bisa didapatkan dari lingkungan sekitarnya termasuk lingkungan sekolah saat belajar. Kesinambungan antara pengetahuan dari lingkungan sekolah dan lingkungan di luar sekolah memberikan banyak pengalaman belajar bagi siswa.
Berdasarkan hasil observasi, sebelum dilakukan tindakan data yang diperoleh dari SMP Negeri 6 Satu Atap Banjarnegara menunjukkan bahwa pembelajaran IPS belum mencapai kriteria ketuntasan minimal. KKM untuk mata pelajaran IPS adalah 75. Artinya, hasil belajar masih rendah dan siswa kurang antusias. Aktivitas belajar mencapai 62,4% dan hasil belajar mencapai 42,11%. Selain itu, berdasarkan fakta yang ada, penyelenggaraan pendidikan di sekolah tersebut masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan merupakan seperangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih berfokus pada guru, guru sebagai sumber utama pengetahuan, dan model ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar mengajar. Memang dalam jangka pendek strategi ini cukup menjanjikan. Tetapi, masalah muncul ketika melakukan ulangan harian. Konsep-konsep yang sebelumnya telah dikuasai dengan baik, satu per satu mengalami pemudaran.
Sejalan dengan Riyadi (tahun, 2019 h. 1) yang menjelaskan salah satu hambatan terbesar dalam pengajaran IPS di Indonesia pada tingkat lapangan adalah guru tidak pernah mengajarkan strategi belajar kepada siswa. Pada sisi lain terdapat terlalu banyak materi yang harus disajikan oleh guru, sementara alokasi waktu sangat terbatas.
Model jigsaw menitikberatkan kepada kerja kelompok dalam bentuk kelompok kecil. Model ini dapat membangun suasana belajar menjadi aktif. Penggunaan model jigsaw memberikan dampak positif terhadap aktivitas dan hasil belajar IPS yaitu dengan meningkatnya hasil antara siklus I dan siklus II. Ernawati (2011) dalam penelitiannya menjelaskan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa menjadi lebih baik. Pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 71,07 dengan ketuntasan belajar 67,9%, pada siklus II diperoleh nilai rata-rata 74,4 dengan ketuntasan belajar 74,07%, sedang.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran mata pelajaran IPS di kelas IX SMP Negeri 6 Satu Atap Banjarnegara, dapat dilakukan dengan menggunakan model jigsaw.
Hal tersebut terbukti dengan hasil bahwa model jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa terbukti dengan aktivitas belajar siswa pada pra siklus hanya 5 siswa dengan kategori tinggi atau 26,3%, setelah siklus II sudah mencapai 15 siswa dengan kategori tinggi atau 78,94% sehingga sudah berhasil, karena kriteria keberhasilan adalah 75% atau 15 siswa dengan kategori tinggi. Selain itu, model jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa, terbukti dengan nilai rata-rata pada pra siklus hanya 69,89, setelah siklus II nilai rata-rata sudah mencapai 87,11 dan ketuntasan belajar pada pra siklus hanya 42,11%, setelah siklus II ketuntasan belajar sudah mencapai 89,47%, sehingga sudah berhasil karena kriteria keberhasilan nilai rata-rata ≥75 dengan ketuntasan belajar 85%.
Dengan demikian sekolah dapat memberikan fasilitas bagi guru untuk menerapkan model jigsaw yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa; mengingat ada peningkatan aktivitas belajar siswa dan hasil belajar siswa, maka guru dapat menerapkan model jigsaw dengan karakter mata pelajaran dan konsep yang sama; siswa diharapkan selalu aktif dan kreatif dalam penerapan model jigsaw sehingga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. (lbs1/zal)
Guru SMPN 6 Satu Atap Banjarnegara